"Jadi banyak produk atau hasil alam dari UKM sulit berkembang karena biaya logistik yang tinggi. Misalnya manggis atau nangka, seharusnya kalau biaya pengiriman itu murah, mungkin UKM bisa menciptakan produk baru," jelasnya seperti dikutip dari siaran pers TrawlBens.
"Mestinya biaya logistik atau ongkos pengiriman bisa turun 70%-80% dari sekarang. Ini latar belakang TrawlBens hadir untuk memberikan layanan dan harga yang bukan hanya kompetitif, tapi murah. Jadi masyarakat dan UKM bisa berkembang. Kalau UKM tumbuh, hal itu akan menyerap ribuan pekerjaan kan," ucapnya.
Saat ini, menurutnya, terjadi anomali dalam ongkos pengiriman di negeri ini. "Ongkos pengiriman dari China ke Indonesia bisa Rp 9.000/kilogram. Tapi mengapa dari Jakarta ke Makassar justru Rp 30 ribu/kg, atau Jakarta ke Manado kenapa Rp 60 ribu/kg. Ini kan aneh. Bagaimana mungkin UMKM bisa bersaing dan berkembang dengan ongkos kirim yang begitu mahal," tegasnya.
Beni mengemukakan TrawlBens hadir untuk menjadi solusi permasalahan utama tersebut. Selama pandemi Covid-19, bisnis jasa logistik justru menjadi salah satu sektor yang tumbuh signifikan dan penopang ekonomi, mengingat pembatasan sosial dan aktivitas masyarakat mendorong penggunaan jasa pengiriman barang melalui perusahaan kargo.
Pada tahap awal TrawlBens membuka lima usaha kemitraan yakni; 1. mitra business; 2. mitra space; 3. mitra pool warehouse; 4. mitra kurir motor; 5. mitra transporter mobil.
Pertumbuhan bisnis jasa logistik selama pandemi Covid-19 tumbuh hingga 100%, bahkan mencapai puncak tertinggi sepanjang September 2020 dengan pertumbuhan hampir 400%. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan penggunaan layanan e-commerce dan marketplace yang meningkat 69% selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia, berdasarkan data perusahaan konsultan bisnis, RedSeer.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020