Cilacap (ANTARA News) - H.Sukarja (85) bersama anaknya, Pardan (41), warga RT 03 RW 02 Desa Gombolharjo, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dianiaya warga karena dianggap memelihara setan yang merasuki tubuh Narsem (50).

Saat ditemui di rumahnya, Rabu, Sukarja mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Minggu malam (21/3) sehingga dia sempat trauma dan tak berani menerima tamu.

"Waktu itu ada keluarga Narsem yang datang ke sini dan memaksa saya menerima uang sebesar Rp400 ribu yang dibawanya. Orang itu meminta saya harus menyembuhkan penyakit yang diderita Narsem," kata dia dalam bahasa Jawa.

Dia mengaku bingung karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengobati sehingga uang tersebut ditolaknya.

Mengenai penyakit yang diderita Narsem, dia mengatakan, konon hal itu disebabkan gangguan syaraf karena kepalanya pernah kejatuhan buah kelapa.

"Namun dia justru seperti orang kesurupan dan keluarganya menganggap Nasem kemasukan setan peliharaan saya karena dia berulang kali menyebut nama saya. Saya tidak mungkin pelihara setan atau tuyul karena saya seorang muslim," katanya.

Sementara itu Pardan mengatakan, ayahnya tetap berusaha menolak tetapi orang itu tetap meninggalkan uang tersebut di atas meja dan menyuruh ayahnya menyembuhkan penyakit Narsem.

"Orang itu keluar sehingga saya kejar, tetapi dia tetap tidak mau menerima uang itu kembali," katanya.

Selanjutnya, Pardan pun berangkat menuju rumah Narsem yang masih satu kampung dan kebetulan merupakan keponakan Sukarja.

Akan tetapi sesampainya di rumah Narsem, dia justru disuruh pergi keluarga Narsem karena yang mereka butuhkan adalah ayahnya, yakni Sukarja. Pardan akhirnya kembali dan mengajak ayahnya mendatangi rumah Narsem.

"Sesampainya di sana, bapak justru dipaksa harus bisa menyembuhkan Narsem. Padahal bapak tak memiliki keahlian mengobati orang karena bukan seorang dukun," katanya.

Setelah terus-menerus dipaksa, Sukarja akhirnya meminta segelas air putih dan dibacakan surat Al Fatihah. Selanjutnya air tersebut diminumkan kepada Narsem.

Akan tetapi setelah minum air tersebut, Narsem justru menjadi kejang-kejang dan keluarga emosi sehingga mencekik leher Sukarja hingga lecet-lecet.

Pardan pun berusaha menolong ayahnya dianiaya keluarga Narsem. Akan tetapi dia justru dipukuli oleh orang-orang yang ada di dalam rumah Narsem.

Kendati demikian, Pardan berhasil meloloskan diri dan melapor kepada kepala desa setempat.

Setelah itu, kata Pardan, kepala desa bersama anggota Kepolisian Sektor Adipala mendatangi rumah Narsem.

"Kami semua dibawa ke Polsek Adipala dan harus menjalani pemeriksaan pada Senin kemarin (22/3)," kata dia yang merasa kesakitan karena pelipis kanannya lebam terkena pukulan.

Saat menjalani pemeriksaan, kata dia, ayahnya menyatakan siap disumpah dengan cara apapun termasuk sumpah pocong untuk membuktikan kebenaran jika tidak memelihara setan seperti yang dituduhkan keluarga Narsem.

Akan tetapi, lanjutnya, keluarga Narsem tidak berani melakukan sumpah pocong. "Namun ayah saya tetap disumpah di bawah Al Quran," katanya.

Terkait peristiwa tersebut, dia mengharapkan, kasus ini dapat diproses secara hukum karena keluarganya menjadi korban penganiayaan.

Sementara itu keluarga Narsem tidak dapat dikonfirmasi karena mereka dalam suasana berkabung atas meninggalnya Narsem di Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap, meninggal dunia pada Rabu dinihari, sekitar pukul 02.00 WIB, dan jenazahnya dikebumikan di Pemakaman Umum Desa Gombolharjo pada Rabu siang.
(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010