"Para pekerja asal Jawa menyelamatkan dia dan membawanya ke sini. Nanti akan kami serahkan kepada KBRI untuk mendapat perlindungan," kata Ketua Umum Pasomaja (Paguyuban Solidaritas Masyarakat Jawa) Machrodji Maghfur yang mendampingi Naniarti di Kuala Lumpur, Rabu.
Naniarti baru bekerja satu bulan dengan majikannya Ahing, seorang pengusaha mie.
Ia masuk Malaysia sebagai pembantu 6 Januari 2010 melalui PJKTI Semarang "PT ARNI Famili", padahal Indonesia sejak 26 Juni 2009 hingga saat ini menghentikan sementara pengiriman pembantu ke Malaysia hingga ada revisi MoU bilateral.
Naniarti menceritakan, pada Minggu pagi, majikan laki-laki pergi ke rumah yang baru untuk persiapan pindah. Saat pulang ke rumah Minggu sore, anjing peliharaan hilang dan hingga malam belum kembali.
Majikan perempuan menghukum Naniarti tidur di luar rumah. Minggu malam saat itu terjadi hujan lebat sehingga Naniarti basah kuyup kedinginan di luar rumah.
Pada tengah malam patroli polisi Malaysia melihat Naniarti berdiri di luar rumah dengan baju basah kuyup. Polisi bertanya mengapa dia ada di luar rumah. Naniarti kemudian menjelaskan bahwa dia sedang dihukum majikan gara-gara anjing hilang.
Polisi kemudian menanyakan paspor dan ijin kerja. Naniarti menjawab surat-suratnya ada di majikan yang sedang tidur di dalam rumah. Polisi kemudian melanjutkan patroli tanpa memberikan pertolongan kepada Naniarti.
Senin pagi, sekitar pukul 08.00 waktu setempat, Naniarti diselamatkan oleh beberapa pekerja asal Jawa yang tinggal tak jauh dari situ. Naniarti kemudian dibawa ke Pasomaja.
Di kantor Pasomaja, Naniarti bercerita kepada para wartawan Indonesia, dalam tugasnya yang ditulis majikan di atas kertas, ada pekerjaan memberi makanan anjing, memandikan anjing dan mencuci kandang anjing setiap minggu. Tugas lainnya adalah mencuci mobil majikan.
"Majikan Naniarti itu boleh dibilang keterlaluan karena lebih sayang anjing yang hilang dari pada dengan pembantunya yang manusia," kata Maghfur.
Sebelumnya Naniarti dipekerjakan di kedai obat China. Tapi, karena sering salah memberikan obat karena tidak paham obat-obatan China, ia minta berhenti dan dipulangkan ke agensinya.
Ia datang ke Malaysia untuk bekerja sebagai pembantu bukan bekerja sebagai pelayan toko obat China.
Majikan di toko obat China mengembalikannya ke agensi tapi oleh pemilik agensi pemasok rumah tangga Malaysia Pesona Hati Sdn Bhd, Naniarti malah dipukuli kepalanya dan kupingnya dijewer dengan kuat.
"Jika ada warga Malaysia yang mencari pembantu di Pesona Hati semua calon pembantu disuruh berdiri satu kaki dengan tangan memegang kedua kuping secara menyilang hingga ada pembantu yang dipilih barulah diijinkan berdiri normal," kata Naniarti.
Naniarti masih ingin bekerja di Malaysia dan dia mengaku belum menerima gaji. Di kampungnya Rembang, ia meninggalkan seorang suami dan seorang anak. (A029/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Mereka ini sama sekali tak punya rasa tanggung jawab melindungi warga negaranya.
Apabila di telphone di mintai bantuan,sama sekali acuh tak acuh ,bahkan bicarapun tak mau,angkat telphone langsung banting tutup.
jika yg menelpon adalah TKW / TKI.
Secepatnya DEPLU yg ada dijakarta turun tangan,mengawasi dan menatar para petugas2 KBRI yg tak punya rasa kemanusiaan & tanggung jawab.
Percuma menggaji petugas yg tak bisa kerja.
smoga tabah ya mbak.