Kepala Kementerian Infrastruktur Israel Shaul Tzemach mengatakan di Yerusalem, Rabu, langkah Tel Aviv itu dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan Israel pada bahan bakar minyak.
Dalam wawancaranya dengan Reuters, Tzemach mengatakan, studi kelayakan itu membantu pihaknya memutuskan cara terbaik untuk mencapai target pembangunan pembangkit nuklir pertamanya tahun 2025.
Rencana Israel membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertamanya itu telah pun diumumkan dalam satu konferensi energi di Paris Maret ini.
Negara Zionis yang dibangun di atas tanah rakyat Palestina itu kini memiliki dua reaktor, yakni fasilitas Dimona di gurun pasir Negev dan reaktor nuklir riset Nahal Soreg dekat Tel Aviv.
Reaktor nuklir di gurun pasir Negev itu dicurigai banyak kalangan menghasilkan senjata nuklir dan tertutup bagi inspeksi internasional sedangkan reaktor riset Nahal Soreq terbuka bagi inspeksi.
Sebelumnya, Menteri Infrastruktur Israel, Uzi Landau, mengatakan, sebanyak 7.5 juta jiwa rakyat Israel selama ini mendapat pasokan listrik berbahan bakar batubara dan gas alam impor dan lokal.
Ia mengatakan, sekalipun mampu membangun reaktor nuklirnya secara mandiri, Israel memilih bekerja sama dengan negara lain dalam mewujudkan ambisinya itu.
Landau mengatakan, Israel mampu membangun reaktor nuklir sipilnya itu tanpa pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) atau menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Selama ini Tel Aviv bersikap ambigu dalam soal nuklir karena dia tidak membenarkan maupun menolak perihal kepemilikannya atas senjata nuklir.
Menjawab pertanyaan tentang bagaimana Israel membangun pembangkit listrik tenaga nuklirnya tanpa menandatangani NPT, Shaul Tzemach mengatakan, pemerintahnya memiliki beberapa opsi.
Salah satu opsinya adalah bekerja sama dengan negara penandatangan NPT, seperti Prancis, katanya.
Menurut Tzemach, pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Israel yang akan dibangun di kawasan gurun pasir Negev bernama Shivta itu ditargetkan menghasilkan seribu hingga 1.500 megawat listrik.
Teknologi reaktor yang akan digunakan adalah sistim energi nuklir "generasi ke-empat", katanya.
Teknologi yang menurut para ahli baru ada tahun 2030 itu lebih aman, lebih murah, lebih efisien, dan beresiko proliferasi lebih rendah, katanya.
Dalam sejarah nuklir Israel, Prancis memiliki andil dalam membantu Tel Aviv membangun reaktor nuklir Dimona pada 1950-an. (R013/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010