Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menerapkan strategi pengobatan jangka pendek dengan pengawasan (Directly Observed Treatment Shortcourse/DOTS) Plus untuk mencegah resistensi kuman penyebab tuberkulosis (TB) terhadap obat anti-tuberkulosis.
Saat membuka seminar tuberkulosis di Jakarta, Selasa, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Ratna Rosita Hendardji mengatakan strategi yang juga disebut Programmatic Management of Drug Resistant TB (PMDT) itu diharapkan dapat mengendalikan penularan TB dengan resistensi obat ganda (Multi Drug Resistant Tuberculosis/ MDR-TB).
MDR-TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang telah kebal terhadap dua obat anti tuberkulosis yakni Ioniazid atau INH dan rifampicin secara bersama-sama atau disertai obat anti-TB lini pertama lain seperti ethambutol, streptomycin dan pirazinamide.
"Di Indonesia kasus MDR-TB pada pasien baru diperkirakan 1,9 persen sedang pada pasien TB yang sudah pernah menjalani pengobatan 16 persen," kata Ratna saat membacakan sambutan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.
Sementara jumlah pasien MDR-TB dari keseluruhan penderita TB di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2007 sebanyak 12.209 kasus dengan perkiraan insiden MDR-TB 6.395 kasus per tahun.
Menurut Ratna, pengobatan MDR-TB sangat sulit dan mahal karenanya pemerintah meminta semua pihak ikut terlibat dalam upaya pencegahan MDR-TB dengan strategi DOTS Plus.
Strategi DOTS Plus terdiri atas lima komponen yakni komitmen politis berkesinambungan dalam mengerahkan sumber daya untuk menangani MDR-TB, diagnosis berkualitas melalui kultur dan uji kepekaan obat untuk mendeteksi kasus, pengawasan menelan obat secara langsung dengan obat anti TB lini kedua, penyediaan obat anti TB secara berlanjut, serta sistem pencatatan dan pelaporan mengenai penerapan program.
Pemerintah, ia menambahkan, menyediakan obat anti-TB lini kedua yang dibutuhkan dalam pengobatan MDR-TB. "Selain itu Green Light TB sudah setuju mengobati 100 pasien MDR-TB dalam proyek percontohan DOTS Plus di Jakarta Timur dan Surabaya," katanya.
Lebih lanjut Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Iwan M Muljono menjelaskan penerapan strategi DOTS Plus mulai diujicobakan di Rumah Sakit Persahabatan (Jakarta Timur) dan Rumah Sakit dr. Sutomo (Surabaya) pada 12 Oktober 2009.
Data ujicoba penerapan DOTS Plus yang terkumpul sampai 11 Maret 2010 menunjukkan jumlah akumulasi pasien yang diduga MDR-TB yang diperiksa sebanyak 241 pasien, pasien yang dikonfirmasi MDR-TB dengan uji kepekaan obat 69 orang dan pasien MDR-TB yang diobati 34 orang.
(M035/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010