Makassar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki budaya dan tradisi yang mulia untuk tidak mudah tergoda dan larut dalam politik praktis.

Dalam sambutannya pada pembukaan Muktamar ke-32 NU di Celebes Convention Center, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa, Presiden berharap muktamar tersebut dapat meneguhkan khittah NU sebagai organisasi pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan yang berhaluan "Ahlus Sunnah Wal Jamaah."

"NU memiliki budaya dan tradisi yang mulia untuk tidak mudah tergoda dan larut dalam politik praktis. Politik NU adalah politik yang berada pada tatanan nilai-nilai luhur, mengedepankan sejarahnya," tuturnya.

Kaum Nahdliyin, menurut Presiden, di jajaran legislatif tidak hanya berada dalam satu partai politik tetapi tersebar hampir di seluruh partai politik di tanah air.Hal itu, lanjut dia, merupakan warna kemajukan dari kiprah NU.

"Dengan itu pula Nahdlatul Ulama dapat terus meningkatkan khidmat dalam politik keumatan dan politik kebangsaan," kata Presiden.

Kepala Negara menyatakan NU adalah organisasi yang membangun kemitraan dengan pemerintah untuk menyukseskan program-program peningkatan kesejahteraan rakyat seperti ekonomi, kerakyatan, pendidikan, baik di pesantren maupun pendidikan umum, kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

Karena itu, ia berharap NU terus meningkatkan pengabdian dan perannya dalam membangun bangsa.

"Semua yang dilakukan oleh NU di waktu yang lalu masih tetap relevan dan masih tetap diperlukan, sekarang dan ke depan," ujar Presiden.

NU, lanjut Presiden, dalam perjalanan sejarahnya juga telah membuktikan bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas dapat berjalan seiring dan sejalan dan bahkan saling melengkapi.

"Dalam rentang sejarah yang panjang, NU telah berhasil mendorong terciptanya budaya demokrasi yang menjunjung tinggi etika dan akhlakul karimah. NU terlibat aktif dalam perjuangan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus mengawalnya," katanya.

Kepala Negara mengatakan sangat tepat jika mulai sekarang dan di masa depan NU dapat menjadi jembatan dan perekat berbagai komponen bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang aman, rukun, dan bersatu.

Di bawah kepemimpinan dan kepengurusan mendatang, Presiden berharap NU tetap berperan sebagai organisasi keagamaan yang mandiri dan Independen.

"Ke depan, keluarga besar NU diharapkan tetap melakukan politik Adi Luhung, politik bermartabat di jalan Allah SWT, dan terbebas dari perilaku politik yang jauh dari etika dan tata krama," ujarnya.

Selain itu, Kepala Negara juga berharap NU tetap dan makin meningkatkan tiga peran penting, yaitu menjaga harmoni antara keIslaman dan keIndonesiaan, menjaga kemitraan dengan pemerintah untuk terus meningkatkan kesejahteraan ummat, serta mengambil bagian dalam menjembatani dan membangun dialog antar peradaban termasuk peradaban Islam dan peradaban barat.

Presiden juga mengatakan pemerintah akan menghormati hasil muktamar ke-32 NU yang diharapkan dapat benar-benar mencerminkan kehendak dan aspirasi Keluarga Besar NU.

Kepada unsur pimpinan NU, Presiden meminta agar tetap menebarkan keteduhan, kedamaian, dan keteladanan.

Muktamar ke-32 NU diselenggarakan dari 23 Maret hingga 28 Maret 2010 dihadiri oleh sekitar 4.500 peserta antara lain dari kepengurusan NU di seluruh Indonesia, organisasi atau lembaga di bawah NU, serta para pengamat. Muktamar itu sekaligus dilaksanakan untuk memilih ketua umum PB NU.

Hadir dalam pembukaan muktamar tersebut perwakilan ulama dari 48 negara, Menteri Agama Suryadharma Ali, serta mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.(D013/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010