Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Insan olahraga tentu tak asing lagi mendengar nama Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, seorang petembak muda senapan angin potensial yang dimiliki Indonesia saat ini.
Gadis belia yang baru menginjak usia 19 tahun itu menyita perhatian publik lewat catatan impresif yang ditorehkannya dalam berbagai ajang mulai dari kejuaraan menembak amatir hingga yang berskala regional, nasional, bahkan internasional.
Dengan segudang prestasi tersebut, Fika sapaan akrabnya, mencatatkan namanya sebagai salah satu atlet peraih tiket Olimpiade Musim Panas di Tokyo, Jepang yang rencananya akan dilangsungkan pada 23 Juli 2021 setelah sempat tertunda setahun akibat pandemi COVID-19.
Masuknya nama Fika dalam daftar atlet Olimpiade menjadi rekor tersendiri bagi induk organisasi olahraga menembak nasional, Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) setelah pada empat periode penyelenggaraan Olimpiade berturut-turut sebelumnya Indonesia selalu absen di cabang olahraga tersebut.
Bersama para atlet cabang olahraga unggulan seperti bulu tangkis, angkat besi, dan atletik, Fika menjadi salah satu tumpuan kontingen Merah Putih dalam meraih prestasi tertinggi di Olimpiade Tokyo 2021.
Lantas bagaimana upaya Fika membidik medali emas di Negeri Sakura untuk mewujudkan impian dan asa ratusan juta penduduk Indonesia?
Baca juga: Dua emas pijakan Vidya Rafika menuju Olimpiade Tokyo
Ditemui secara eksklusif oleh ANTARA, Fika mengaku saat ini dirinya terus mengasah kemampuan menembaknya agar mampu mewujudkan prestasi tertinggi meraih medali pada Olimpiade mendatang.
Atlet menembak binaan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bekasi itu mengatakan segala upaya akan dilakukannya untuk mempersiapkan diri berlaga di ajang tertinggi olahraga tersebut sekalipun di masa pandemi.
"Tentu ini menjadi kesempatan yang membanggakan. Maka harus dipersiapkan sebaik mungkin agar bisa berbicara banyak di Olimpiade nanti. Ingin tentunya bisa menyumbang emas, minimal dapat medali dulu," katanya.
Fika mengharapkan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat agar mampu meraih prestasi tertinggi sekaligus mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
"Cita-cita saya adalah mengibarkan Sang Merah Putih sambil mendengarkan lagu Indonesia Raya yang diputar di bawah langit Tokyo," ungkapnya.
Dirinya juga berharap kepada pemerintah agar menyiapkan porsi latihan khusus untuk menghadapi beragam kejuaraan yang akan dihadapi khususnya Olimpiade Tokyo 2021.
Baca juga: Pandemi COVID-19 bikin pelatnas menembak fokus latih atlet junior
Selanjutnya: Prestasi Menembak
Setelah meraih sejumlah penghargaan di turnamen terbuka menembak skala regional dan nasional, nama Vidya Rafika mulai dikenal publik saat meraih satu medali perak dan satu perunggu dalam kejuaraan menembak Asia Tenggara, South East Asia Shooting Association (SEASA) di Malaysia 2017 lalu.
Di ajang yang sama pada dua tahun berikutnya yakni SEASA 2019 di Jakarta, Fika berhasil mencatatkan namanya sebagai penyabet dua medali emas.
Namanya semakin melejit dan dikenal luas pecinta olahraga lewat penampilan yang mengejutkan di ajang Sea Games 2019 Manila, Filipina.
Kala itu Fika menyabet dua medali emas sekaligus pada cabang olahraga menembak di nomor 10 meter air rifle women dan 10 meter air rifle mix berpasangan dengan Fatur Gustafian.
Prestasi Fika semakin bersinar setelah dipastikan tampil di Olimpiade Tokyo 2021. Ia memastikan satu tiket Olimpiade usai meraih hasil positif pada babak kualifikasi Asian Shooting Championship di Qatar 2019.
Di ajang tersebut ia berhasil melewati batas skor kualifikasi minimum Asia dengan raihan nilai 625,4 yang menjadikannya petembak pertama yang lolos Olimpiade melalui babak kualifikasi.
Tahun depan, Fika pun tidak hanya tampil di Olimpiade Tokyo namun juga di ajang Sea Games, kejuaraan Asia, hingga Piala Dunia menembak.
Baca juga: Cabang menembak sukses penuhi target tiga emas di SEA Games 2019
Perjalanan Karir
Terlahir dari pasangan abdi negara, M. Toyip yang berprofesi sebagai anggota kepolisian dan I Gusti Ayu Putu Indra Dewi selaku anggota TNI Angkatan Darat, tak banyak yang tahu lika-liku perjuangan anak pertama dari tiga bersaudara itu sebelum menjadi atlet menembak terkenal seperti saat ini.
Jalan terjal menuju prestasi tertinggi dilaluinya bersama sang ibu, yang juga seorang mantan atlet menembak nasional dan hingga kini masih aktif membela Kabupaten Bekasi, mulai dari dikucilkan di pemusatan latihan, ketidakjelasan kontrak atlet, bahkan hingga menjual aset pribadi demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Pernah tidak dianggap saat ikut Pelatda (pemusatan latihan daerah) dikucilkan karena tidak dimasukkan tim, sampai saya putuskan lanjut terus, nak, jangan putus asa, ibu selalu dampingi kamu," kata sang ibunda.
Tak sedikit pengorbanan yang sudah mereka dilewati namun dengan semangat juang tinggi, mental baja, serta kebulatan tekad dan dukungan penuh sang ibu, akhirnya mereka mampu melewati segala rintangan yang ada.
"Pernah juga dilarang membela Kabupaten Bekasi dan Jawa Barat, dipersulit di klausul surat kontraknya bahkan saya menjual habis seluruh perhiasan saya, cincin, gelang, kalung untuk membeli makan dan membiayai Fika tinggal di penginapan selama tiga bulan lebih agar tidak jauh dari lokasi pemusatan latihan," imbuh Sang Ibu seraya meneteskan air mata.
Ibarat kata pepatah "Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya", kini Fika sukses melanjutkan perjuangan ibunya meraih mimpi menjadi atlet menembak kebanggaan Indonesia.
Fika mengaku sudah mulai mencoba senjata sejak kelas 3 sekolah dasar. Hobi menembak mulai digemarinya saat melihat sang ibu bertanding.
"Saya senang olahraga menembak karena melihat ibu bertanding. Saat kelas 3 saya sudah mulai mencoba angkat senjata. Saya selalu ingat pesan kedua orang tua saya untuk tidak sombong dan jaga sopan santun," kata Fika.
Baca juga: Vidya Rafika tak kecewa dengan penundaan Olimpiade
Selanjutnya: Persiapan di kala pandemi
Wakil Ketua Bidang Target pada Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Indonesia (Perbakin) Kabupaten Bekasi Batong Sulaeman mengatakan tiket Olimpiade Tokyo yang didapat Fika adalah catatan manis dan bersejarah bagi Kabupaten Bekasi dan Indonesia pada umumnya.
"Saya menyebutnya dari KONI Kabupaten Bekasi untuk Indonesia," kata dia.
Dia menilai prestasi Fika merupakan capaian luar biasa terlebih di usianya yang masih muda. Dia berharap Fika mampu mempertajam cacatan nilai yang sudah diraihnya.
"Fika juga menjadi andalan kami di PON dan Porda Jabar 2020," kata Batong yang juga menjabat Wakil Ketua Umum Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Kabupaten Bekasi itu.
Menurut Batong di ajang Olimpiade Tokyo nanti, Fika diprediksi akan menghadapi atlet-atlet pesaing berat asal China, Korea, dan India.
"Kami berharap prestasi terbaik mampu ditorehkan Fika. Medali emas tentu harapan tertinggi kami meski tidak mudah dicapai. Kami sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk menyiapkan Fika yang akan tampil di nomor 10 meter air rifle kategori putri agar mampu meraih hasil maksimal," ucapnya.
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade Tokyo perkenalkan langkah penghematan anggaran
Persiapan di kala pandemi
Fika mengaku masa pandemi COVID-19 ini membawa efek negatif sekaligus positif bagi persiapannya menghadapi ajang empat tahunan Olimpiade Tokyo 2021 mendatang.
Minimnya ajang resmi maupun turnamen terbuka membuat Fika lebih banyak menghabiskan waktu untuk berlatih meningkatkan kemampuan fisik serta teknik menembak.
"Tapi ya karena kebanyakan berlatih tidak dapat dipungkiri, kadang membuat saya bosan juga," ungkapnya.
Beruntungnya dalam beberapa bulan terakhir mulai ada pertandingan menembak secara daring yang diikuti setiap atlet di seluruh Indonesia dalam ajang perlombaan melalui aplikasi zoom.
"Jadi kami bertanding lewat online, setiap daerah di Indonesia yang memiliki lapangan bisa ikut. Dan ini baru ada di Indonesia, negara-negara lain belum ada dan mulai meniru. Kalau bagi saya online shooting cukup menguji kemampuan saya buat persiapan Olimpiade nanti," kata dia.(KR-PRA).
Baca juga: 15 cabang olahraga nasional sudah gelar turnamen di tengah pandemi
Baca juga: Pawai obor Olimpiade akan dimulai kembali Maret depan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020