Saya mengutuk mereka yang menindak para pengunjuk rasa dan mereka yang memerintahkannya. Ada darah di tangan Anda semua

Bangkok (ANTARA) - Ratusan warga Thailand meneriakkan protes yang muncul di seluruh Bangkok pada hari Sabtu yang menentang penumpasan terhadap demonstrasi tiga bulan yang ditujukan kepada pemerintah dan monarki yang kuat.

Setelah polisi menggunakan meriam air untuk pertama kalinya terhadap protes oleh ribuan orang di pusat kota Bangkok pada Jumat, para pemrotes setuju untuk berkumpul di sejumlah titik berbeda di seluruh kota pada Sabtu.

Ratusan orang, kebanyakan menggunakan baju hitam, mengadakan aksi di stasiun Lat Phrao di Bangkok utara. Protes juga dilaporkan dari sejumlah bagian lain kota tersebut saat polisi mengatakan layanan-layanan kereta berhenti di banyak bagian di pusat Bangkok untuk menggagalkan demonstrasi.

Baca juga: Polisi Thailand bubarkan protes saat dekret larang kerumunan
Baca juga: Thailand padamkan protes dengan larangan kumpul, siarkan berita

"Prayuth keluar" seru para pemrotes, merujuk pada Perdana Menter Prayuth Chan-ocha, bekas penguasa militer yang mereka tuduh merekayasa pemilu tahun lalu untuk memperpanjang kekuasaan tentara.

Dalam tindakan keras yang semakin meluas, polisi telah menangkap lebih dari 50 orang - termasuk beberapa pemimpin protes - dalam seminggu terakhir.

"Kekerasan atau tidak, semua perkumpulan itu ilegal," kata juru bicara polisi Yingyos Thepjamnong dalam sebuah konferensi pers.

Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan kepada Reuters: "Tidak ada menang atau kalah untuk pihak manapun. Itu semua merusak negara. Pemerintah ingin meminta pengunjuk rasa untuk tidak berkumpul dan tetap damai."

Pada hari Kamis, mereka memerintahkan pelarangan protes yang telah menjadi tantangan terbesar selama bertahun-tahun bagi pemerintah dan telah membawa kritik yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Raja Maha Vajiralongkorn.

Tak lama setelah pelarangan, puluhan ribu orang melakukan protes di Bangkok dalam penentangan. Ribuan lainnya berunjuk rasa pada hari Jumat, melawan polisi anti huru hara yang menanggapi dengan menembakkan air yang dicampur bahan kimia yang diwarnai biru.

"Saya mengutuk mereka yang menindak para pengunjuk rasa dan mereka yang memerintahkannya. Ada darah di tangan Anda semua," kata pemimpin protes Tattep Ruangprapaikitseree, usai dibebaskan dengan jaminan setelah penangkapannya pada hari Jumat.

Polisi mengatakan bahwa tanggapan mereka terhadap protes Jumat itu proporsional dan sejalan dengan norma internasional.

Para pengunjuk rasa menuntut pencopotan Prayuth, yang pertama kali mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014. Dia menolak tuduhan pengunjuk rasa bahwa dia merekayasa pemilihan tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan. Melanggar tabu yang sudah lama ada, para pengunjuk rasa juga menyerukan pembatasan kekuasaan monarki.

Istana Kerajaan tidak mengomentari protes itu, namun raja mengatakan Thailand membutuhkan orang-orang yang mencintai negara dan monarki.

Sumber: Reuters

Baca juga: Dua pedemo di Thailand didakwa berupaya menyerang ratu
Baca juga: PM Prayuth tidak akan mundur dari jabatannya meskipun didesak massa

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020