Khan Yunis, Jalur Gaza (ANTARA News/AFP) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam blokade Israel atas Jalur Gaza dalam lawatannya di kawasan pesisir itu yang rusak akibat perang pada Minggu, dengan menyatakan bahwa blokade tersebut menimbulkan "penderitaan yang tak dapat diterima."
Lawatan itu berlangsung sebagai bagian dari kunjungan regional dua hari yang bertujuan menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian Israel-Palestina.
Pembicaraan itu runtuh akibat perang Israel terhadap kawasan tersebut yang diperintah Hamas pada Desember 2008 dan Januari 2009.
"Saya telah berulang-ulang menjelaskan kepada para pemimpin Israel bahwa kebijakan penutupan kawasan itu oleh Israel tidak dapat bertahan lama dan itu salah," kata Ban kepada wartawan di Khan Yunis, kota di bagian selatan Jalur Gaza.
"Hal ini menimbulkan penderitaan yang tak dapat diterima," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa dirinya merasa sedih melihat anak-anak kecil dan remaja merupakan kelompok yang paling terkena dampak dari blokade itu.
Kebijakan itu juga bertentangan dengan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah, ujarnya.
"Hal ini mencegah kegiatan perdagangan yang sah dan mendorong penyelundupan. Selain itu, kebijakan ini membatasi mereka yang moderat dan memperkuat aktrimisme," ujar Sekjen PBB.
Lawatan Ban itu merupakan yang kedua ke Gaza sejak perang tersebut menewaskan 1.400 warga Palestina dan ribuan rumah hancur atau rusak berat oleh serangan pasukan Israel. Tiga belas warga Israel tewas dalam peperangan itu.
Ban mengunjungi beberapa kawasan yang rusak parah di Gaza sebelum mengumumkan proyek-proyek untuk membangun 150 rumah, pabrik tepung dan fasilitas lain. Israel telah memberikan persetujuan jarang atas impor bahan-bahan bangunan.
Proyek perumahan di tempat bekas satu permukiman Israel dekat kota Khan Yunis dilihat sebagai cara untuk membuktikan kepada Israel bahwa PBB dapat membawa bahan-bahan bangunan ke wilayah itu tanpa material tersebut dibajak oleh Hamas atau kelompok-kelompok lain.
Munir Manneh, kepala proyek bangunan badan pengungsi PBB UNRWA, mengatakan semua bahan bangunan akan didokumentasikan secara hati-hati.
"Kami akan memberikan contoh terbaik dan membuktikan kami akan mengendalikan proses itu 100 persen," katanya setelah memperlihatkan rincian proyek itu kepada Ban.
(M016/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Ayo berbenah, Jaya Indonesia!