Kandahar, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Sedikitnya 10 orang yang sedang berwisata di pinggir sebuah sungai di wilayah selatan untuk merayakan tahun baru Afghanistan tewas dalam serangan bom bunuh diri, Minggu, kata polisi dan pejabat.

Pelaku bom bunuh diri yang naik motor roda tiga tampaknya berusaha menyerang konvoi militer Afghanistan, namun sasarannya meleset, kata seorang jurubicara pemerintah provinsi Helmand.

"Penyerang bom bunuh diri meledakkan sepeda motor ketika kendaraan Tentara Nasional Afghanistan (ANA) lewat," kata Daud Ahmadi kepada AFP.

"Ledakan itu menewaskan 10 warga sipil dan melukai tujuh orang lain," katanya, dengan menambahkan bahwa pemboman itu terjadi sekitar pukul 13.45 (pukul 16.15 WIB) di distrik Gereshk, Helmand, yang merupakan ajang kegiatan gerilyawan Taliban.

Ledakan itu menghancurkan sebuah jembatan di jalan raya utama antara ibukota Afghanistan, Kabul, dan Herat, kota kedua Afghanistan, katanya.

Di bawah jembatan itu, massa berkumpul di pinggir sebuah sungai untuk merayakan Nowruz, tahun baru Zoroastrian yang jatuh pada 21 Maret.

Direktur kesehatan masyarakat provinsi Helmand, Anayatullah Ghafari, mengatakan, dua anak termasuk diantara korban cedera yang dibawa ke sebuah rumah sakit setempat.

Presiden Hamid Karzai mengutuk serangan "teroris" itu, yang disebutnya "bertentangan dengan semua prinsip Islam dan kemanusiaan... yang membuat 17 orang tak berdosa bersimbah darah."

Gereshk adalah sasaran operasi militer pada pertengahan 2009 yang bertujuan melenyapkan gerilyawan Taliban yang menguasai wilayah itu, bersama kartel-kartel narkoba lokal.

Para pemimpin militer Afghanistan dan NATO belum lama ini memuji distrik itu sebagai model keberhasilan dalam membasmi Taliban dan mengganti sistem keadilan keras mereka dengan pelayanan keamanan dan sipil pemerintah.

Operasi militer sedang berlangsung di Marjah, sekitar 70 kilometer sebelah selatan Gereshk, sebagai bagian dari strategi kontra-pemberontakan yang bertujuan melenyapkan Taliban dari Helmand.

Marinir AS saat ini memimpin 15.000 prajurit AS, NATO dan Afghanistan dalam Operasi Mushtarak yang bertujuan menumpas militan, yang diluncurkan menjelang fajar Sabtu (13/2) untuk membuka jalan agar pemerintah Afghanistan bisa mengendalikan lagi daerah Helmand penghasil opium.

Ofensif itu dikabarkan mendapat perlawanan sengit dari Taliban, yang melancarkan serangan-serangan dari balik tameng manusia dan memasang bom pada jalan, bangunan dan pohon.

Presiden Hamid Karzai memperingatkan bahwa pasukan harus melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.

Saat ini terdapat lebih dari 120.000 prajurit internasional, terutama dari AS, yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi pemberontakan yang dikobarkan sisa-sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berkekuatan lebih dari 84.000 prajurit yang berasal dari 43 negara, yang bertujuan memulihkan demokrasi, keamanan dan membangun kembali Afghanistan, namun kini masih berusaha memadamkan pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Kekerasan di Afghanistan mencapai tingkat tertinggi dalam perang lebih dari delapan tahun dengan gerilyawan Taliban, yang memperluas pemberontakan dari wilayah selatan dan timur negara itu ke ibukota dan daerah-daerah yang sebelumnya damai.

Delapan tahun setelah penggulingan Taliban dari kekuasaan di Afghanistan, lebih dari 40 negara bersiap-siap menambah jumlah prajurit di Afghanistan hingga mencapai sekitar 150.000 orang dalam kurun waktu 18 bulan, dalam upaya baru memerangi gerilyawan.

Sekitar 520 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010