Jakarta (ANTARA News) - Jasad Yohana Sunarti Nasution binti Soenaryo Gondokusumo, yang meninggal Minggu pukul 00.00 WIB, akan dikebumikan di samping makam suaminya, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, di taman makam pahlawan Kalibata.
"Oma akan dimakamkan di TMP Kalibata. Tempatnya persis di samping makam Opa (Almarhum Jenderal Nasution)," kata Marina, salah satu cucunya, menjawab pertanyaan pers di rumah duka Jl Teuku Umar 40, Jakarta Pusat, Minggu pagi.
Menurut Marina, sebelum diberangkatkan ke Kalibata sekitar pukul 13.00 WIB, jenazah dishalatkan lebih dulu, sekitar pukul 12.00 WIB, di masjid Cut Muthia, Menteng, Jakarta Pusat.
"Yang bertindak sebagai inspektur upacara pemakaman di TMP Kalibata dijadwalkan bapak Agum Gumelar," katanya.
Marina mengatakan, salah satu pesan penting neneknya kepada keluarga adalah meneruskan jiwa sosial, menolong sesama, seperti, memberi beasiswa.
"Oma selama hidupnya terlibat dan melibatkan diri dalam 115 yayasan sosial," kata Marina.
Marina menyatakan neneknya juga meminta disemayamkan di rumah di jalan Teuku Umar.
"Rumah ini pun sejak 2008 sudah jadi museum. Oma tinggl di rumah ini sejak 1950 hingga 2008, setelah itu pindah ke jalan H Agus Salim.
Terkait dengan kematian neneknya, Marina menjelaskan, alrmahum sebelumnya dirawat di ICU RSPAD Gatot Subroto selama lebih kurang seminggu, karena sakit kelenjar tiroid, yang menekan jalur pernafasannya.
"Selama seminggu itu antara sadar dan tidak sadar," katanya.
Wanita kelahiran Surabaya, 1 November 1923, dan akrab disapa Bu Nas itu memunyai dua putri, yakni Hendriyanti Sahara dan Ade Irma Suryani, yang wafat dalam peristiwa pemberontakan G30S/PKI pada 1965.
Bu Nas juga meninggalkan empat cucu dan lima cicit.
Semasa hidupnya, Bu Nas dikenal giat dalam berbagai gerakan sosial, di antaranya mendirikan berbagai yayasan, seperti, Yayasan Bina Wicara "Vacana Mandira", yayasan Jambangan Kasih, yayasan "Pembinaan dan Asuhan Bunda", yayasan "Panti Usada Mulia" dan yayasan Santi Rama.
Atas berbagai jasa dan kegiatan sosialnya itu, Bu Nas mendapatkan sejumlah tanda kehormatan dari pemerintah, di antaranya Satya Lantjana Kebaktian Sosial pada 1971, Lencana Satya Bhakti Utama Persit Kartika Chandra Kirana (20 Februari 1989), Bintang Perjuangan Angkatan 45 (17 Agustus 1995) dan Bintang Maha Putra Utama (15 Agustus 1995).
Sejumlah penghargaan dari luar negeri, yang diterimanya, adalah Centro Culturale Italiano Premio Adelaide Ristori Anno VIII pada 1976, penghargaan Ramon Magsaysay Award for Public Service (31 Agustus 1981) serta penghargaan Paul Harris Fellow Award Rotary Foundation of Rotary International Amerika Serikat pada 1982.
Di rumah duka, sejumlah tokoh hadir memberi penghormatan terkahir dan melayat, antara lain, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.
Wakil Presiden Boediono datang sekitar pukul 09.40 WIB.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga dijawalkan hadir di rumah duka, sebelum jenazah dishalatkan di masjid Cut Muthia.
(T.E008/B002/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010