Jakarta (ANTARA News) - Pakar astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof Dr Thomas Djamaluddin membantah pemberitaan bahwa pergeseran lempengan bumi akibat gempa Chile telah menggeser arah kiblat sekitar 30 centimeter lebih ke kanan.
"Tidak ada pergeseran arah kiblat oleh pergeseran lempeng atau sebab lain. Pernyataan tersebut mungkin salah kutip atau salah persepsi, tetapi berpotensi meresahkan masyarakat," kata Djamal kepada ANTARA News di Jakarta, Minggu.
Diakuinya banyak masjid yang arah kiblatnya kurang tepat, namun bukan karena adanya perubahan arah kiblat, tetapi karena penentuan awal sebelum pembangunannya yang tidak akurat.
Banyak masjid dibangun dengan arah kiblat yang sekedar mengikuti arah barat lalu diserongkan sedikit ke kanan atau sekedar mendasarkan diri pada arah kiblat masjid terdekat yang belum tentu benar, ujarnya.
"Jadi yang tidak benar metode pengukurannya, bukan alat ukurnya," katanya.
Menurut dia, hanya dengan bantuan posisi matahari saja cukup akurat menentukan arah kiblat jika dipandu oleh orang yang terlatih ilmu falak, selain itu juga peranti lunak Qibla Locator yang termuat dalam situs web http://www.qiblalocator.com juga mudah digunakan.
Ditegaskannya, pergeseran lempeng yang mengubah peta bumi termasuk mengubah arah kiblat, memerlukan waktu jutaan tahun.
Pergeseran Lempeng
Ia juga mengatakan tentang NASA yang mengabarkan bahwa gempa Chile berdampak pada pergeseran poros "gambar bumi" dan percepatan rotasi bumi.
"Tapi, pergeseran lempeng yang sebenarnya menyebabkan perubahan rotasi itu, bukan gempanya, karena gempa sekadar indikator pelepasan energi akibat pergeseran lempeng bumi," katanya.
Akibat pergeseran lempeng, lanjut Djamal, kesetimbangan "gambar bumi" sedikit berubah karena titik massa kulit bumi bergeser. Hal itu menyebabkan poros "gambar bumi" bergeser.
Poros "gambar bumi" (Earth`s figure axis), lanjut dia, tidak sama dengan poros astronomis (poros utara-selatan) yang menggambarkan poros rotasi bumi.
"Untuk kasus gempa Chile 2010 pergeserannya sekitar 8 cm di mana sudutnya bergeser 2,7 mili detik busur =0,00000075 derajat dan terlalu kecil untuk dilihat," katanya.
Demikian juga gempa Aceh 2004, pergeserannya hanya 7 cm di mana sudutnya bergeser 2,32 mili detik busur = 0,00000064 derajat, demikian Djamal. (ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
mhn penjelasana?
mhn penjelasana?
lalu langkah apa yg mungkin di ambil oleh pemerintah agar masyarakat bisa kondusif dg isu yg beredar
www.mahera.net