Jakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial-poltik Sujarwo mengatakan, rencana kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama ke Indonesia, Juli mendatang, harus dapat dimanfaatkan oleh pemerintah RI, khususnsya mengoptimalkan potensi antara kedua negara di berbagai bidang.
Sujarwo mengatakan hal itu, di Jakarta, Sabtu, sambil menegaskan, dalam bidang ekonomi, pemerintah RI harus dapat meyakinkan para investor AS untuk berinvestasi di Indonesia di berbagai sektor seperti sektor jasa dan pertambangan.
"Apalagi, AS telah dikenal sebagai negera investor peringkat atas di Indonesia serta sebagai negara tujuan ekspor yang utama bagi produk Indonesia," katanya.
Selain tu, katanya, pemerintah Indonesia juga harus dapat melobi AS tentang hambatan tarif bagi produk pertanian Indonesia agar dapat masuk di pasar negeri Paman Sam tersebut, mengingat pertanian AS mendapat subsidi yang besar dari negaranya.
Mantan praktisi pers itu mengharapkan agar Indonesia dapat memainkan peranannya yang strategis dengan posisinya sebagai anggota dan mantan ketua Gerakan Non Blok (GNB) dapat meminta AS untuk mengambil sikap yang tegas dalam menyikapi krisis di Timur Tengah.
"Terutama dalam menghadapai sikap arogan Israel terhadap Palestina, agar proses perdamaian sesuai dengan 'road map' yang telah disepakati tidak mengalami kebuntuan, termasuk dalam menyikapi krisis di Irak dan Afghanistan," kata Sujarwo.
Menurutnya, dalam isu pemanasan global, Pemerintahan Obama belum memiliki komitmen yang kuat dibandingkan negara-negara Eropa, padahal AS merupakan salah satu negara penghasil emisi rumah kaca terbesar di dunia.
Penggagas buku "The God's Initial Montirisme" itu juga menyayangkan aksi-kasi demo yang menolak kedatangan Obama ke Indonesia, karena hal tersebut tidak mencerminkan sikap ramah-tamah sesuai nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia.
Apalagi, kata Sujarwo, Obama ke Indonesia juga akan bersilaturahmi ke bekas tempat bersekolahnya, karena saat kecil Obama pernah tinggal dan bersekolah di SD Menteng Jakarta, Pusat, tahun 1967-1971.(Ant/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010