Banda Aceh (ANTARA News) - Mantan Anggota DPR RI Ferry Mursyidan Baldan menilai isu terorisme di Provinsi Aceh dinilai aneh, karena secara akar budaya, kultural dan sejarah daerah tersebut tidak pernah mengenal paham radikalisme.

"Karakter orang Aceh memang keras dan dekat dengan agama, tetapi itu tidak cukup untuk menjustifikasikan Aceh merupakan sarang teroris," katanya di Banda Aceh, Sabtu.

Menurut politisi berdarah Aceh itu, secara akar budaya dan sejarah, Aceh tak pernah mengenal terorisme, radikal, dan sikap ekstrimisme dalam agama.

"Jadi ada kesan aneh, kenapa adanya isu teroris Aceh yang jelas-jelas sikap radikal dan ektrimis tidak dimiliki oleh masyarakat di tanah rencong itu," jelasnya.

Dikatakannya, kalau dibilang karakter orang Aceh keras, iitu jelas tapi mereka hanya akan melawan orang yang menzalimi mereka bukan seperti yang diberitakan akhir-akhir ini.

?Islam adalah agama yang sudah dari kecil diajarkan. Orang Aceh taat kepada agama, tetapi tidak ektrimis,? ujar Ferry.

Karena itu, dia meminta kepada Pemerintah pusat dan media untuk mengklarifikasi penyebutan teroris Aceh tersebut, sebab bisa menganggu investasi di daerah yang baru keluar dari konflik berkepanjangan.

Konflik Aceh berakhir setelah penandatanganan bersama Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Pusat dengan Gerakan Aceh Merdeka pada 15 Agustus 2005.

"Itu harus di klarifikasi, sehingga tidak berdampak dalam pembangunan Aceh kembali pascakonflik dan tsunami Aceh 26 Desember 2004," jelasnya.

Dijelaskannya, penyebutan teroris tersebut hanya membuat citra daerah berpenduduk sekitar 4,3 juta jiwa itu makin mencekam dan buruk di mata luar.

"Saya berharap itu dapat segera dituntaskan, sehingga investor yang akan melakukan investasinya di Aceh merasa nyaman dan aman," demikian Ferry.(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010