Banda Aceh (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR HM Nasir Djamil meminta semua pihak menghentikan polemik tentang sosok warga Aceh yang terlibat dalam jaringan teroris.

"Saya berharap silang pendapat tentang apakah mantan GAM, baik itu disebut `barisan sakit hati` atau bukan yang dinyatakan terlibat dalam jaringan teroris di Aceh, dihentikan," katanya saat dihubungi ANTARA dari Banda Aceh, Sabtu.

Hal itu disampaikan menanggapi pernyataan peneliti senior Imparsial, Otto Syamsudin Ishak yang menyatakan mantan anggota GAM yang tersisih dalam proses integrasi dengan RI, diduga terlibat dalam kegiatan terorisme di Aceh.

Gubernur Irwandi Yusuf bahkan membantah keras pernyataan Otto Syamsudin Ishak itu.

Nasir Djamil menyatakan sebaiknya seluruh elemen masyarakat dan pemerintah berkosentrasi dan bertanggungjawab menjadikan kasus terorisme di Aceh untuk melakukan langkah-langkah responsif, antisipatif dan korektif.

"Artinya kita responsif, antisipatif dan korektif terhadap pemahaman Islam yang cenderung disalahgunakan dan dipahami tidak sesuai dengan keyakinan `ahlusunnah waljamaah` yang dianut masyarakat Aceh," tegasnya.

Menurutnya, sistem sosial Aceh saat ini sedang "sakit parah" sehingga momentum terorisme harus menjadi awal untuk memperbaiki sistem sosial tersebut.

"Saya yakin bahwa para teroris yang merupakan kelompok `Banten` tersebut ingin menganggu kebijakan Amerika Serikat di Aceh," jelas Ketua Forum bersama (Forbes) anggota DPR-DPD RI asal Aceh itu.

Dia mengatakan, pascatsunami 26 Desember 2004, orang asing berduyun-duyun datang ke Aceh dan mereka ikut melakukan "pencemaran" sosial dalam kehidupan masyarakat.

Menurutnya, dalam pandangan teroris, AS adalah simbol orang asing yang datang ke Aceh dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi provinsi ujung paling barat Indonesia itu. (*)

A042/S019/AR09

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010