Kupang (ANTARA) - Ketua Majelis Sinode Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Pendeta Meri Kolimon menyerukan agar pihak yang berkonflik memperebutkan lahan di Pubabu Besipae menghentikan eksploitasi terhadap perempuan dan anak-anak.
“Kami meminta hentikan eksploitasi perempuan dan anak-anak dalam konflik ini oleh pihak manapun,” katanya ketika dihubungi di Kupang, Jumat.
Ia mengatakan hal itu menanggapi konflik perebutan lahan di Pubabu Besipa, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Pulau Timor Nusa Tenggara Timur, yang di antarnya melibatkan perempuan dan anak-anak.
Meri Kolimon mengatakan pihaknya juga melihat kerentanan perempuan dan anak-anak dalam konflik di Pubabu Besipae.
Baca juga: GMIT dorong penyelesaian konflik di Besipae lewat cara dialog
Anak-anak harus terlindungi karena mereka punya hak untuk terbebas dari kekerasan, katanya.
“Oleh karena itu kami meminta agar anak-anak tidak dipakai sebagai alat tawar-menawar di antara pihak-pihak yang berkonflik baik masyarakat setempat maupun pemerintah,” katanya.
“Kita semua meski berkomitmen pada perlindungan anak-anak kita, karena kami melihat bahwa sering kali anak-anak dilibatkan, anak-anak ada di tempat konflik dan rentan menjadi korban bahkan pelaku kekerasan,” katanya.
Baca juga: Bentrok antarwarga pecah di Besipae NTT
Lebih lanjut, Meri Kolimon juga meminta semua pihak yang berkonflik dapat menahan diri dan membangun komitmen secara sungguh-sungguh bahwa penyelesaian konflik ditempuh dengan tanpa kekerasan.
Sebelumnya, konflik memperebutkan lahan di Pubabu Besipae kembali terjadi pada Rabu (14/10) antara kelompok masyarkat yang terdiri dari 37 kepala keluarga dengan aparat pemerintah Provinsi NTT.
Selanjutnya, pada Kamis (15/10) kembali terjadi bentrokan antarwarga di Pubabu Besipae dengan kelompok masyarakat dari desa tetangga.
Baca juga: Pemprov NTT imbau warga jangan pelintir konflik lahan di Besipae
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020