Jakarta (ANTARA) - Polres Metro Jakarta Selatan menemukan adanya indikasi pelajar dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk ikut demonstrasi menolak Undang Undang Cipta Kerja.
Wakapolres Metro Jakarta Selatan AKBP Agustinus Agus Rahmanto di Mako Polres Jaksel, Jumat, mengatakan selain dimanfaatkan, para pelajar juga diiming-imingi imbalan.
"Ada indikasi seperti itu, karena jujur ada beberapa kejadian, satu-dua kita tanyakan diajak. Begitu dicari siapa orangnya yang mengajak udah tidak ada," kata Agus.
Polres Metro Jakarta Selatan telah mengamankan sebanyak 288 pelajar dalam dua kali pengamanan unjuk rasa yang berakhir ricuh pada 8 Oktober dan 13 Oktober 2020.
Para pelajar tersebut digelandang ke Mako Polres dari lokasi mereka kedapatan berkumpul dan bergerak menuju Istana seperti di Kolong Semanggi dan beberapa ruas jalan lainnya.
Menurut Agus, para pelajar tersebut datang bergerombol setelah mendapat ajakan berujukrasa lewat media sosial.
Baca juga: Polrestro Jaksel kerahkan 2/3 kekuatan untuk kawal aksi tolak Ciptaker
Baca juga: 8.000 personel gabungan kawal aksi BEM SI di Istana MerdekaSaat diamankan dan didata petugas, para pelajar mengaku hanya ikut-ikutan, tidak mengetahui pasti apa yang disuarakan dalam aksi penyampaian pendapat tersebut.
"Benar ini fakta, jadi kasihan adik-adik (pelajar) ini, jadi cuma datang rombongan 10-20 orang dan ada yang bawa mereka. "Pelajar ini berfikir aman, merasa ada yang bawa, nanti ada yang tanggung jawab, pikirnya seperti itu," kata Agus.
Beberapa pelajar yang didata memberikan keterangan soal diiming-imingi oleh orang yang tidak dikenal, tetapi tidak mengenal siapa yang akan memberikan imbalan.
"Itu kan memanfaatin juga. Momen-momen ini sebetulnya perlu kita cegah terjadi pada adik-adik (pelajar) kita," ujar Agus.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020