Sam mengisahkan, ketika bertemu dengan Ebet tiga minggu lalu, mereka masih bercanda. Bersama Acil Bimbo, mereka bertiga saling berbalas gurauan. Sam berkata, "Biasalah, kalau orang sunda ketemu pasti heureuy (bercanda)."
Yang pasti, demikian Sam, selain orangnya baik, kehidupan Kang Ebet itu menyenangkan dan dia meninggal dunia karena proses alami, sakit.
"Kepergiannya juga menyenangkan karena ditemani semua anak dan cucunya," kata dia.
Kesan Sam Bimbo itu seperti mengulang ucapan khas Ebet Kadarusman dalam sebuah acara di sebuah stasiun televisi.
"Memang baik jadi orang penting, tapi lebih penting jadi orang baik," katanya dalam setiap akhir acara bincang-bincang yang diasuhnya di sebuah stasiun televisi, 12 tahun lalu.
Itulah pertama kali pemirsa televisi nasional melihat kelihaian penyiar dengan banyak bakat itu membawakan acara bicang-bincang, setelah kabar kehebatan Kang Ebet sebagai penyiar hebat hanya diperoleh dari Australia.
Salam Canda, begitu acara di stasiun RCTI itu, mulai diputar pada Juli 1998 dan berakhir setahun kemudian.
Ketika itu, banyolan-banyolan Kang Ebet menyegarkan malam, termasuk sapaan kepada pendampingnya ketika itu, "Ini dia Idang yang sangat Rasjidi..." Begitulah dia memanggil musisi nasional Idang Rasjidi yang mengiringi acara itu.
Pria kelahiran Tasikmalaya 7 Juli 1936 itu menetap lama di Australia, 30 tahun. Sepanjang waktu itu dia menggelar acara radio berbahasa Indonesia "Morning Show-Kang Ebet" di Radio Australian Siaran Bahasa Indonesia.
Di acara itu, dia selalu menyapa pendengar setiap pagi selama 30 tahun, mulai awal 1960 sampai awal 1990.
Pada tahun yang sama setelah kembali ke negeri kelahirannya, dia langsung menggelar acara di Radio Trijaya FM Jakarta dengan acara "Good Pagi Selamat Morning Betawi". Acara itu diadakan setiap Sabtu pagi selama delapan tahun.
Banyak lagi acara di sejumlah radio dan televisi yang digarapnya, juga berbagai acara musik yang menampilkan keahlian lainnya dari dia.
Bagi yang belum mengetahui kehebatan Kang Ebet menyanyi, bisa melihat aksinya dalam sejumlah rekaman di YouTube.
Sebagai manusia, lelaki beranak sepuluh dan 25 cucu itu, hasil pernikahannya dengan Joudy Wiliam (istri pertama asal Australia dan telah berpisah) dan Helly Helmina (istri kedua), tak kuasa menahan perjalanan usia dan penyakit.
Ketika untuk kesekian kalinya Kang Ebet masuk rumah sakit karena stroke Selasa lalu (16/3), keluarganya pasrah saja.
Kepasrahan itu sampai ketika mereka melepas sang maestro penyiar itu pergi selamanya pada empat hari setelah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.
Menurut Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Uu Rukamana, Ebet adalah sosok seniman sunda sejati.
"Walaupun saya tidak terlalu dekat dengan Kang Ebet, tapi dari riwayatnya yang saya amati, Kang Ebet adalah seorang seniman sunda sejati. Salut untuk Kang Ebet," kata Uu, menyatakan kagumnya kepada Ebet.
Uu bangga pada Kang Ebet karena Ebet selalu bangga pada darah sunda yang mengalir di darahnya.
"Walaupun dia itu jadi penyiar radio di luar negeri, tapi Kang Ebet tak pernah lupa dan dengan bangga menyatakan kalau dirinya itu orang Sunda," demikian Uu Rukmana. (*)
ANT/AR09
Oleh Ajat Sudrajat
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010