Cirebon (ANTARA News) - Seorang tahanan dikeroyok oleh beberapa tahanan lain menjelang saat makan pagi di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas 1 Cirebon, Jawa Barat, Kamis.

Dari informasi yang dihimpun, korban Toton Robianto dianiaya ketika tengah menunggu jatah makan pagi. Beberapa saat setelah petugas mengantar makan pagi, beberapa tahanan lain masuk dan mengeroyok korban sembari mengaluarkan kata-kata kasar.

Para pelaku secara tiba-tiba menganiaya korban yang tidak melakukan perlawanan. Pengeroyokan baru terhenti setelah beberapa petugas lain datang dan melerai.

Akibat kejadian itu, korban babak belur di bagian wajah dan pinggang akibat dipukuli dan ditendang para pelaku.

Kepala Rutan Cirebon, Zaenal Arifin, ketika dikonfirmasi membenarkan telah terjadi penganiayaan oleh beberapa tahanan terhadap tahanan lainnya.

Menurutnya, pelaku penganiayaan hanya dua orang. "Pelakunya yakni Martin dan Sambeng, keduanya penghuni kamar 12 dan 13, untuk sementara kabarnya kedua pelaku ini mau minta uang Rp 20 ribu," katanya.

Dewi Korani, istri korban Toton mengaku tidak terima dengan apa yang dialami suaminya.

Ia juga merasa telah "dipimpong" oleh petugas Rutan ketika dia bersama dengan anggota keluarganya hendak meminta penjelasan mengenai kejadian itu.

"Bagaimana tidak `dipingpong,` waktu kami ketemu Ka Rutan beliau bilang tanyakan ke petugas bagian jaga saja dan begitu kami datang petugas jaga, mereka pun tak banyak memberikan keterangan," katanya.

Karena kesal dengan perlakuan tersebut, pihak keluarga yang juga didampingi penasehat hukumnya, Agus Prayoga, lalu berinisitif melaporkan kejadian itu ke kantor polisi.

Bahkan pihaknya sengaja mendatangkan seorang dokter dari luar untuk memeriksa luka suaminya guna membuat visum.

"Kasus penganiayaannya kami sudah buat laporan ke polisi. Dan karena kami mempertanyakan soal pengawasan dan pengamanan dalam Rutan, kami pun akan mengadukannya ke Menteri Hukum dan HAM, dan meminta dilakukan tindakan tegas jika kemudian terdapat kelalaian dalam pengawasan," katanya.

(ANT/S026)


Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010