"Waktu dia datang dulu saat pemeriksaan di konter imigrasi dia menunjukkan paspor Perancis yang ternyata palsu. Selanjutnya, dia diperiksa dan ditahan oleh petugas dari Inteldakim Kantor Imigrasi Klas I Khusus TPI Ngurah Rai," jelas Surya Dharma saat dikonfirmasi melalui telepon di Denpasar, Rabu malam.
Baca juga: Imigrasi Bali catat WN Rusia terbanyak dideportasi selama tahun 2020
Baca juga: Imigrasi Bali catat WN Rusia terbanyak dideportasi selama tahun 2020
Ia mengatakan setelah dilakukan pengecekan lebih lanjut, ternyata warga asing tersebut juga mempunyai paspor Nigeria. Kemudian, terhadap Awok Ayoola Kelvin ditahan di Rudenim. Lalu, petugas mengkonfirmasi ke perwakilan negara bahwa ia (Awok Ayoola Kelvin) hanya diakui sebagai warga negara Nigeria.
"Dia punya tiga paspor yaitu Perancis, Nigeria dan Afrika Selatan. Namun, yang asli hanya paspor Nigeria," ucap Surya.
Selanjutnya, Awok Atoola Kelvin dideportasi melalui TPI Soekarno Hatta menggunakan maskapai Ethiopia Airlines, pada Selasa (13/10). Warga asing tersebut berada di detensi Rudenim Denpasar sejak 13/11/2018 karena melanggar Pasal 119 ayat (2) UU No. 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.
Baca juga: Imigrasi Bali deportasi seorang turis Prancis langgar izin tinggal
Baca juga: Imigrasi Bali deportasi seorang turis Prancis langgar izin tinggal
"Saat itu yang bersangkutan sudah keburu ditangkap di bandara ketika dia sampai dan menunjukkan paspor Perancis palsu. Dari pemeriksaan petugas Imigrasi Ngurah Rai yang bersangkutan hanya dikenai sanksi administrasi dan diserahkan ke Rudenim untuk ditahan," jelas Surya.
Ia mengatakan bahwa penindakan terhadap warga asing tersebut menjadi kewenangan dari imigrasi dalam melakukan pemeriksaan di waktu itu.
"Petugas itu kan melakukan pemeriksaan terkait dokumen perjalanan dengan paspor Perancis yang diduga palsu. Kemudian, dari hasil pemeriksaan itu diputuskan untuk ditahan dan dideportasi," jelas Surya.
Baca juga: Imigrasi Denpasar mendeportasi warga AS
Baca juga: Imigrasi Bali deportasi WN Australia usai jalani hukuman penjara
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020