Mamuju (ANTARA News) - Membangun ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat harus sama dengan pola membangun ekonomi di Jepang yakni dengan melakukan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran.
Hal tersebut dikemukakan pakar ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Dr Basri Hasanuddin saat menjadi pembicara dalam seminar pemberian nama bandara Tampapadang Kabupaten Mamuju di Mamuju, Rabu.
Acara seminar pemberian nama bandara tersebut dihadiri Geburnur Sulbar Anwar Adnan Saleh, Wakil Ketua DPRD Sulbar, Jayadi, serta ratusan pejabat di lingkup Pemprov Sulbar serta sejumlah pejabat lima Kabupaten di Sulbar dan sejumlah tokoh masyarakat di wilayah itu.
Basri Hasanuddin yang juga Mantan Rektor Unhas tersebut mengatakan, belajar dari sukses yang dilakukan di negara lain seperti Jepang mengenai pertumbuhan ekonominya tidak ada salahnya jika dilakukan di negeri sendiri seperti di wilayah Sulbar.
Ia mengatakan, sejak kekaisaran Meiji (1968-1912) Jepang telah memusatkan pembangunan awalnya pada sarana infrastruktur seperti Telegrap, Jasa Postel, Water Supply, pelayaran pantai pelabuhan, dermaga, perumahan, kereta api, listrik, gas, dan teknichal research.
Kemudian katanya, Jepang di bawah Kekaisaran Meiji juga mengembangkan pembangunannya dengan memusatkan pada pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah dengan memberikan bantuan teknik, kredit, dan input.
Setelah itu lanjutnya, Jepang kemudian mengembangkan pendidikannya setelah itu meningkatkan teknologinya (Step By Step Improvement Technology) dengan meningkatkan skala usaha menjadi negara industri.
Menurut Basri, dari model Jepang membangun negaranya hingga menjadi negara maju tersebut, akan sama yang akan terjadi di Provinsi Sulbar ini jika pembangunan sama tahapannya dengan negara jepang tersebut.
"Karena Jepang dan Sulbar memiliki karakteristik budaya yang sama serta potensi sumber daya alam yang sama untuk siap dikelola maka pembangunan di Sulbar ini harus sama dengan Jepang untuk dapat menjadi daerah yang maju," katanya.
Namun kata dia, untuk dapat menyamai pembangunan yang di lakukan Jepang tersebut, maka wilayah ini harus memiliki pemimpin yang mampu memiliki tiga modal diantaranya, "Concept, Competensi, dan Connection".
Ia juga mengatakan, pemimpin yang ada di wilayah ini harus memiliki Strategi Thinker (starategi berpikir) dan Cultur Builder yakni mampu membangun pondasi budaya yang kuat sebagai hasil transformasi budaya yang terbangun melalui pengembangan SDM.
"Daerah ini harus juga memiliki SDM profesional dan berperilaku efisien serta mencanangkan program investasi yang tepat dalam membangun infrastruktur secara tepat dengan pemanfaatan teknologi yang berhasil," ucapnya. (MFH/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010