Kami bangga sekali. Meski pelatihan sebagian besar lewat daring anak-anak pinter sekali, semua nempel dan diaplikasikan

Jakarta (ANTARA) - Komunitas Tuli Gresik (Kotugres), kelompok masyarakat penerima manfaat program CSR binaan PT Pertamina Gas(Pertagas) berhasil membuat puluhan karya desain fesyen selama pandemi COVID-19.

Presentasi karya ini merupakan tugas akhir dari seluruh rangkaian pelatihan fesyen yang difasilitasi PT Pertagas (afiliasi Pertamina subholding gas), UPT Resources Centre Gresik, dan sekolah fesyen ESMOD Jakarta.

Menurut Corporate Secretary PT Pertagas Fitri Erika, seluruh pelatihan yang awalnya direncanakan melalui tatap muka harus disesuaikan akibat pandemi COVID-19. Dari inovasi yang dilakukan Pertagas dan ESMOD, lanjut Fitri, sebagian besar modul diubah ke dalam konsep daring.

"Pelatihan untuk Kotugres ini menjadi salah satu wujud komitmen kami untuk mendorong dan memotivasi mitra binaan agar terus berkarya dan mampu beradaptasi di tengah pandemi," ujar Fitri Erika dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Program CSR Pertagas tetap berjalan di tengah pandemi COVID-19

Menurut Fitri Erika, pendamping dan capacity building untuk Kotugres merupakan langkah awal untuk memotivasi mereka menjadi mandiri ke depan.

“Tugas kami sebagai perusahaan adalah untuk memahami kebutuhan kelompok masyarakat sekitar operasi kami, mengelolanya lewat program kolaborasi yang tepat agar mereka bisa menemukan solusi atas masalah utama mereka, dan bisa berdikari di masa mendatang,” ujarnya.

Truly Hutagalung, guru dari sekolah desain dan fesyen ESMOD Jakarta yang ikut memberikan pelatihan bagi anggota Kotugres, mengatakan pelatihan fesyen dilakukan sejak tiga bulan lalu.

Pada 20 Juli 2020 sebanyak 6 dari 26 anggota Kotugres yang memiliki minat di bidang fesyen diikutsertakan dalam program, lainnya secara terpisah mendapatkan pelatihan di bidang kuliner dan kerajinan. Tidak hanya belajar tentang cara menjahit saja, lewat tangan dingin guru-guru ESMOD Jakarta, anggota Kotugres mendapatkan pelatihan fesyen dan bisnis mode secara utuh.

Baca juga: Pertagas alirkan gas perdana ke Kuala Tanjung

Enam anggota kelompok fesyen Kotugres dibagi ke dalam 4 kelompok sesuai dengan area minat masing-masing. Ada yang berminat menghasilkan karya seragam, karya busana muslim, dan karya busana anak.

Dalam presentasi tugas akhir, mereka diharuskan memaparkan bagaimana mereka menemukan ide, menuangkan ke dalam konsep desain, hingga mengimplementasikannya menjadi sebuah hasil akhir berupa produk baju siap pakai. “Kami bangga sekali. Meski pelatihan sebagian besar lewat daring anak-anak pinter sekali, semua nempel dan diaplikasikan,” ujar Truly Hutagalung.

Alfa, salah satu peserta Kotugres memilih untuk memproduksi pakaian seragam sekolah elite. Meski baru belajar di dunia fesyen, karya Alfa berhasil memukau para guru. Alfa ingin agar produk karyanya bisa diterima di sekolah-sekolah maupun perkantoran.

Baca juga: Integrasi pipa PGN-Pertagas dongkrak kapasitas penyaluran gas ke Jabar

“Saya pakai brand Alfa yang berasal dari nama saya sendiri,” ujarnya melalui Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) yang diterjemahkan oleh penerjemah Bisindo.

Sementara itu, Wilda yang melahirkan brand Ilda memilih untuk fokus ke karya busana muslim perempuan. “Harapannya bisa dijual di butik, bisa untuk santai dan acara formal,” jelasnya.

Selain mempresentasikan karya berupa desain dan produk jadi, mereka juga diminta mempresentasikan aspek bisnis dari produk yang dihasilkan.

“Kita ingin teman-teman Kotugres memiliki sense of business juga. Memilih materi produksi, menghitung biaya produksi hingga menentukan harga ritel terbaik dari produk mereka nantinya,” ujar Supervisor Sales Ambassador Esmod Jakarta, Theresia Nastiti.

Baca juga: Pertagas alirkan gas ke pembangkit listrik Siak

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020