Kabupaten Sabu Raijua-NTT bebas COVID-19 karena warga patuh protokol

Di samping itu, penjagaan di setiap pintu masuk baik di bandara maupun pelabuhan laut sejak munculnya virus ini di Indonesia tetap dilakukan secara ketat sesuai protokol kesehatan

Kupang (ANTARA) - Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur Ndu Ufi mengatakan wilayah itu masih bebas dari COVID-19 karena kepatuhan masyarakat dalam menjalan protokol kesehatan.

"Di samping itu, penjagaan di setiap pintu masuk baik di bandara maupun pelabuhan laut sejak munculnya virus ini di Indonesia tetap dilakukan secara ketat sesuai protokol kesehatan," katanya ketika dihubungi ANTARA melalui telepon genggam dari Kupang berkaitan dengan kunci suksesnya Sabu Raijua dalam menjaga wilayah itu tetap bebas dari COVID-19.

Kabupaten Sabu Raijua merupakan salah satu dari 22 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang hingga saat ini masih bebas dari kasus COVID-19.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sabu Raijua, Paulus Tuka yang dihubungi terpisah mengatakan sejak awal pemerintah melibatkan semua elemen masyarakat di daerah itu, baik tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam mencegah penyebaran COVID-19 di wilayah itu.

Selain itu, pemerintah juga melibatkan Dewan Mone Ama (dewan adat), yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai penjaga wilayah.

Dewan Mone Ama (dewan adat) ini tidak henti-hentinya menyelenggarakan ritual adat untuk memagari pulau itu dari ancaman COVID-19.

Ritual dewan adat ini juga sekaligus untuk meminta kepada para leluhur agar menggerakkan hati para penghuni pulau itu untuk mematuhui protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.

"Jadi bagi saya, kalau sampai hari ini Sabu Raijua masih bersih dari COVID-19 karena dukungan dari semua elemen masyarakat daerah itu, dan kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan," katanya.

Masyarakat di daerah itu diimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan bersama-sama menjaga wilayah itu dari ancaman virus yang mematikan ini, demikian Paul Tuka.