Mourinho sebelumnya adalah pelatih Chelsea dan untuk pertama kalinya kembali ke Stamford Bridge sejak dipecat oleh Roman Abramovich, pemilik Chelsa pada September 2007, sebagaimana dikutip dari AFP.
Adalah Samuel Eto`o, penyerang Inter asal Kamerun yang menuntaskan dendam Mourinho pada mantan bosnya itu melalui gol yang tercipta pada menit ke-78 itu.
Dalam pertandingan tersebut, Mourinho meminjam strategi klub Inggris lainnya Tottenham yang pernah dikecamnya, yaitu bermain dengan pertahanan ketat. Bahkan Mourinho pernah mengecam Tottenham dengan strategi tersebut yang disebutnya "strategi memarkirkan bus di depan gawang."
Terbukti strategi tersebut berhasil karena Chelsea yang diasuh pelatih asal Italia, Carlo Ancelotti, tidak mampu mendobrak pertahanan Inter yang dijaga oleh Lucio dan Walter Samuel.
Bahkan Chelsea yang kehilangan Didier Drogba pada menit-menit terakhir karena mendapat kartu merah, kecolongan pada menit ke-78 melalui gol tunggal Eto`o.
Mourinho yang langsung menghilang menuju kamar ganti usai pertandingan, tampak sangat menikmati keberadaannya kembali ke Stamford Bridge.
Sebelum bertanding, ia sempat melayani para pendukung Chelsea yang meminta tanda tangannya, dan sempat berbincang dengan Ancelotti selama beberapa saat.
Inter Milan datang ke Stamford Bridge hanya memerlukan hasil imbang untuk lolos ke babak perempat-final karena menang 2-1 pada pertemuan pertama.
"Saya sangat gembira karena kami menang dan kami adalah tim terbaik. Kadang dalam sepak bola Anda menang karena beruntung dan kadang menang karena tim terbaik sejak saat pertama sampai terakhir. Ini adalah kemenangan yang sempurna," kata Mourinho usai pertandingan.
"Saya kira kami unggul dalam segala hal. Chelsea tampak frustasi karena mereka mendapat tekanan berat. Tim kami mengawali pertandingan babak kedua dengan sangat baik," katanya.
"Kami sejauh ini adalah tim terbaik. Chelsea adalah tim terbaik, kami sadar akan hal itu dan kami juga tahu jika kami tidak bisa mengontrol pertandingan, kami tidak akan punya peluang," kata Mourinho.
"Setiap pemain menampilkan permainan terbaik mereka untuk meraih kemenangan disini. Ini adalah permainan yang hampir mencapai sempurna, kami pantas meraih kemenangan ini karena kami adalah tim terbaik," katanya.
Mourinho sebelumnya telah berjanji bahwa ia tidak akan merayakan kemenangan dengan cara berlebihan jika Inter menang.
Ia hanya bangkit dari tempat duduknya setelah Eto`o mencetak gol kemenangan dan kemudian bergegas menuju kamar ganti untuk menikmati sukses bersama para pemainnya di kamar ganti.
"Saya merayakan kemenangan di kamar ganti setelah pertandingan usai. Ini adalah kemenangan besar bagi tim saya," katanya.
"Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya adalah seorang profesional, saya mencintai Chelsea, stadion ini dan saya juga mencinta para pendukung mereka. Tapi saya seorang profesional," katanya.
"Siapa tahu dimasa datang saya akan kembali melatih klub Inggris lainnya dan saya akan datang kesini sabagai lawan," katanya menambahkan.
Kekalahan Chelsea di hadapan pendukung mereka sendiri membuat Roman Abramovich, pengusaha asal Rusia, harus kembali mengubur impiannya untuk meraih gelar di kejuaraan penting.
Abramovich memboyong Ancelotti ke Stamford Bridge dengan harapan agar pelatih Italia tersebut bisa mengakhiri penantian panjang klub tersebut di kejuaraan tingkat Eropa.
"Inter memang pantas memang. Mereka bermain sangat baik. Mereka terus menekan di lapangan tengah, membuat pemain kami bingung harus berbuat apa," kata Ancelotti mengakui ketangguhan Inter.
"Kami tidak pernah mengontrol pertandingan. Hanya ada beberapa saat kami bisa mendominasi dan saya kira kami bisa bermain dengan baik lagi," katanya.
"Kami merasa menyesal, tapi ini adalah kenyataan. Saya kecewa karena tersingkir di kompetisi penting ini. Saya mengucapkan selamat kepada Inter karena saya tidak punya masalah dengan klub itu atau Mourinho," kata Ancelotti.
"Saya kaget melihat strategi Mourinho. Satu hal yang membuat saya terkejut adalah kerja keras dua pemain sayap, yaitu Eto`o dan Pandev," katanya menambahkan. (A032/K004)
Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010