Cilacap (ANTARA News) - Banyak hal yang dapat dilakukan para "facebooker" untuk mempergunakan situs jejaring sosial "facebook", antara lain berkeluh kesah mencurahkan isi hatinya, mengkritik, dan saling berdiskusi.
Kendati ada pihak-pihak yang memanfaatkan jejaring sosial ini untuk melakukan kegiatan yang mengarah ke sisi negatif, tak sedikit pula "facebooker" yang menggunakannya untuk berbagai kegiatan yang positif.
Hal inilah yang mengilhami para penggila "facebook" yang tergabung dalam grup "Dayeuhluhur on Facebook (DOF)" untuk mengadakan kegiatan yang ditujukan sebagai ajang "urun rembug" (menyumbangkan pemikiran, red.) untuk kemajuan kampung halaman mereka di Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Usulan kegiatan yang semula terlontar dalam forum diskusi grup DOF inipun akhirnya terealisasi dengan diselenggarakannya "Ngarumat Lembur" (merawat kampung halaman, red.) yang digelar di Curug Cimandaway, Desa Datar, Kecamatan Dayeuhluhur, Selasa (16/3).
Kendati terealisasi, berbagai keunikan pun banyak ditemukan dalam kegiatan ini lantaran sebagian besar para panitia yang terlibat, belum pernah bertemu secara langsung sebelum kegiatan ini terlaksana.
Selama ini mereka hanya berkenalan, berdiskusi, dan membicarakan segala sesuatu terkait persiapan acara tersebut secara "online" melalui "facebook" meskipun mereka berasal dari satu kampung halaman, yakni Dayeuhluhur.
Dengan demikian saat acara tersebut digelar, kecanggungan pun tampak di antara panitia. Akan tetapi hal itu tidak menjadi penghalang demi kelancaran kegiatan untuk kemajuan kampung halaman mereka.
"Jujur saja, selama ini kami belum pernah bertemu secara langsung. Kami hanya ngobrol melalui `facebook` sehingga harap maklum jika terlihat canggung," ujar Ketua Panitia "Ngarumat Lembur" Hanum Sujana.
Menurut dia, kegiatan "Ngarumat Lembur" ini merupakan usulan dari para "facebookers" yang tergabung dalam grup DOF dan terkuak melalui forum diskusi.
Dalam forum diskusi tersebut, kata dia, para anggota DOF yang saat ini telah mencapai 548 orang mengusulkan sebuah kegiatan untuk membicarakan sesuatu demi memajukan kampung halaman mereka.
Ia mengatakan, diskusi itupun akhirnya memunculkan ide dilaksanakannya kegiatan "Ngarumat Lembur" ini dan Curug Cimandaway dipilih sebagai lokasi kegiatan.
"Namun tidak semua anggota DOF dapat hadir dalam kegiatan ini karena mereka tersebar di berbagai kota di Indonesia, seperti di Banda Aceh, Jakarta, maupun di Papua. Kendati demikian, mereka tetap mendukung kegiatan yang ditujukan untuk memajukan Dayeuhluhur," kata dia yang saat ini bermukim di Bandung, Jawa Barat.
Dipilihnya Curug Cimandaway ini, kata dia, hal ini disebabkan Curug Cimandaway merupakan air terjun tertinggi di Kabupaten Cilacap yang ketinggiannya mencapai 100 meter dan layak dijadikan sebagai objek wisata andalan karena suasananya masih alami.
Akan tetapi, lanjutnya, hingga saat ini objek wisata tersebut belum tergarap secara maksimal, bahkan terlihat terlantar.
"Terkait hal itu, kami ingin para facebookers yang tergabung dalam DOF turut mempromosikan Curug Cimandaway serta berbagai potensi wisata lainnya yang dimiliki Dayeuhluhur, seperti Goa Basma (goa peninggalan penjajahan Jepang, red.), Situs Pamuryan, Situs Sarongge, dan Situs Gunung Goci," kata dia yang saat ini bermukim di Bandung, Jawa Barat.
Selain itu, kata dia, dalam acara "Ngarumat Lembur" ini juga dibicarakan mengenai khazanah bahasa Sunda khas Dayeuhluhur yang berbeda dengan bahasa Sunda umumnya.
Menurut dia, bahasa Sunda khas Dayeuhluhur diyakini masih asli Sunda dan belum tersentuh budaya keraton meskipun wilayah ini termasuk daerah kekuasaan Kerajaan Galuh.
Kendati demikian, dia mengatakan, bahasa Sunda khas Dayeuhluhur memiliki kemiripan dengan bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Serang, Banten.
"Untuk itu, kami berencana menyusun kamus bahasa Sunda khas Dayeuhluhur agar budaya leluhur ini tidak hilang ditelan zaman. Dengan demikian, kami ingin mengambil sisi positif keberadaan jejaring sosial facebook ini untuk saling berdiskusi demi memajukan kampung halaman kami," katanya.
Dia mengharapkan, kegiatan "Ngarumat Lembur" ini dapat dioptimalkan tidak sebatas pada masalah pariwisata maupun kebudayaan, tetapi pada sektor perekonomian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat Dayeuhluhur.
"Kami ada keinginan jika suatu saat anggota DOF dapat membudidayakan belut dengan memberdayakan masyarakat sini," katanya.
Kendati digelar di daerah yang erat kaitannya dengan cikal bakal Kabupaten Cilacap, dia menampik jika kegiatan tersebut terkait Peringatan Hari Jadi Ke-154 Kabupaten Cilacap pada 21 Maret mendatang.
Menurut dia, kegiatan ini murni ide anggota DOF untuk memajukan Dayeuhluhur.
Seorang anggota DOF yang saat ini bermukim di Purwokerto, Endom Kustomo menyatakan, sangat mendukung kegiatan yang ditujukan untuk memajukan Dayeuhluhur.
Sebagai warga Dayeuhluhur, dia mengaku prihatin karena banyak potensi khususnya sektor pariwisata yang hingga saat ini belum tergarap secara maksimal.
"Padahal Dayeuhluhur memiliki berbagai potensi atau kekayaan alam, tetapi hingga saat ini belum tergarap secara maksimal. Untuk itu, saya sangat mendukung kegiatan `Ngarumat Lembur` ini karena siapa tahu ada pemikiran atau ide kreatif untuk memajukan Dayeuhluhur," kata Endom yang juga terlibat dalam kepanitiaan acara tersebut.
Terkait masalah pembahasan bahasa Sunda khas Dayeuhluhur, dia mengatakan, hal itu memiliki keunikan tersendiri karena banyak istilah yang digunakan masyarakat Dayeuhluhur tidak ditemukan dalam bahasa Sunda yang banyak digunakan oleh masyarakat Jawa Barat.
Bahkan, kata dia, antarkampung di Dayeuhluhur pun sering kali ditemukan istilah dalam bahasa Sunda yang berbeda meskipun artinya sama.
"Konon bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Dayeuhluhur merupakan bahasa Sunda kuno yang berkembang dalam masyarakat di luar keraton meskipun wilayah ini masuk kekuasaan Kerajaan Galuh," katanya.
Selain bahasa Sunda khas Dayeuhluhur, kata dia, bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Genteng, Kecamatan Cimanggu, Cilacap, juga memiliki kekhasan sendiri yang berbeda dengan bahasa Sunda yang digunakan sebagian masyarakat Kabupaten Cilacap bagian barat.
Sementara itu, Kepala Desa Datar, Sumar mengatakan, sebenarnya banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi Curug Cimandaway ini.
Menurut dia, hal itu terlihat dari jumlah pengunjung di hari libur berkisar antara 50-100 orang yang berasal dari wilayah Kabupaten Cilacap maupun Jawa Barat, seperti Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Kuningan.
Akan tetapi, kata dia, kondisi jalan menuju curug tersebut masih dalam keadaan rusak sehingga wisatawan kesulitan untuk menjangkaunya.
"Kami telah mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Cilacap agar jalan menuju Curug Cimandaway ini segera diperbaiki. Insya Allah bulan Mei mendatang, jalan tersebut akan diaspal dengan anggaran yang dialokasikan dari APBD Perubahan," katanya.
Menurut dia, pengelolaan Curug Cimandaway rencananya akan melibatkan karang taruna.
Selain itu, dia mengharapkan, para "facebookers" yang tergabung dalam DOF turut mempromosikan keberadaan Curug Cimandaway maupun "urun rembug" (menyumbangkan pemikiran, red.) untuk kemajuan kampung halaman mereka di Dayeuhluhur.
Curug Cimandaway
Curug Cimandaway ini berlokasi di Desa Datar, Kecamatan Dayeuhluhur, yang merupakan kecamatan di Kabupaten Cilacap paling barat yang berbatasan dengan Kota Banjar dan Kabupaten Kuningan di Jawa Barat serta Kabupaten Brebes (Jawa Tengah).
Untuk menjangkau curug ini cukup mudah karena berada sekitar 30 kilometer ke arah utara dari jalan nasional di jalur selatan Jateng dengan pintu masuk melalui pertigaan Mergo, Desa Panulisan, Kecamatan Dayeuhluhur, yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Kota Cilacap.
Kondisi jalan sejauh 20 kilometer dari pertigaan Mergo hingga Desa Datar dalam keadaan halus dan berliku dengan pemandangan kebun karet serta sawah dan suasana pedesaan.
Akan tetapi kondisi jalan dari Desa Datar menuju Curug Cimandaway dalam keadaan rusak sehingga kurang nyaman untuk berkendaraan.
Curug Cimandaway yang berada di perkebunan karet milik Perhutani Banyumas Barat ini, memiliki lima tingkatan dengan total ketinggian sekitar 100 meter tetapi yang terlihat jelas hanya 75 meter.
Keunikan curug atau air terjun ini adalah sumber airnya berasal dari Sungai Singaraja dan airnya jatuh ke Sungai Cikawalon yang berada di bawahnya. (Ant/K004)
Oleh Oleh Sumarwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010