Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengimbau, agar umat Islam Indonesia tidak menolak kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Hussein Obama, ke Indonesia.
Sebab, penolakan itu bertentangan dengan etika Islam seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, kata Hasyim di Jakarta.
Menolak tamu, dalam kapasitas diplomasi internasional, juga bertentangan dengan etika Islam. Tidak ada aturan dalam Islam menolak tamu, ia menjelaskan terkait maraknya rencana aksi menolak kunjungan Obama ke Indonesia dalam waktu dekat ini.
Rasulallah, Nabi Muhammmad SAW, mengajarkan umat Islam untuk berhubungan diplomatik dengan agama lain, termasuk dengan Yahudi pada masa itu.
Apalagi, Presiden Obama selama ini menunjukkan kemauan baik dalam memperbaiki hubungannya dengan dunia Islam. Sekalipun hasilnya belum maksimal, namun mulai terasa.
Mantan Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basyuni, mengatakan, bahwa tidak elok menolak kedatangan Obama ke Indonesia. Selain tak sejalan dengan etika Islam sendiri, juga tak sesuai dengan ajaran Nabi yang mau bersedia berdialog dengan golongan mana pun.
Para ulama harus memberikan kesejukan kepada umatnya, karena manfaat -- apa pun hasilnya -- dari kunjungan Obama, akan membawa hikmah dan efek positif bagi dunia Islam, kata Maftuh.
Ketika Presiden Susolo Bambang Yudhoyono ke AS beberapa waktu lalu mendapat sambutan dari Obama. Lantas, ketika Obama datang ke Indonesia ada yang menolak, maka menurut Maftuh, di mana etika Islam?
Kunjungan balasan Obama ke Indonesia patut mendapat sambutan. Apalagi dalam rangka meningkatkan hubungan internasional dalam prespektif yang lebih luas, ujarnya.
Oleh karena itu, etika Islam dalam menyambut kedatangan Obama sangat pantas dikedepankan. Menghormati tamu, dari golongan mana pun, dalam ajaran Islam harus mendapat tempat sepantasnya
Secara terpisah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan bahwakunjungannya ke Indonesia harus disambut dan dimanfaatkan untuk membangun dialog antara dunia Islam dan Obama.
Kendati ia juga mengaku agak kecewa dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama terkait dengan pidatonya di Mesir tentang hubungan baru Barat dengan dunia Islam yang belum direalisir, namun kedatangannya harus disambut.
"Saya sebenarnya kecewa dengan fakta itu," ujarnya di Surabaya.
Namun, ia mengajak seluruh penduduk Indonesia menyambut kedatangan Obama.
Din tetap mengapresiasi kedatangan Obama di Indonesia. Kunjungannya ke Indonesia harus disambut dan dimanfaatkan untuk membangun dialog antara dunia Islam dan Obama.
"Saya mengusulkan ada agenda khusus untuk mempertemukan tokoh-tokoh agama dengan Obama," ujarnya.
Oleh karena itu, sewajarnya umat Islam menyambut Obama. Obama adalah Presiden AS yang punya niat membangun dialog dengan dunia Islam dan kerja sama dengan Indonesia. Apalagi, ia secara historis punya ikatan dengan Indonesia.
"Kita bisa menciptakan dialog saat kunjungan Obama. Saya yakin dengan dialog dapat membangun hubungan lebih baik, khususnya dengan dunia Islam," katanya lagi.
Kedatangan Obama, dinilainya, tidak perlu dipermasalahkan dan tak perlu ditolak, sehingga masyarakat khususnya Islam, dan hendaknya menyambut serta menerimanya sebagai tamu.
"Berdasarkan ajaran Islam menyambut dan menerima kedatangan tamu adalah hal yang baik. Untuk itu, Obama sudah seharusnya disambut dan diterima seperti kunjungan presiden dari negara lainnya," katanya.
Din menyayangkan sikap beberapa organisasi masyarakat yang menolak kedatangan Obama dengan menggelar unjuk rasa. Namun kata Din, itu adalah bagian dari hak demokrasi.
Hanya saja Din menyayangkan jika niat baik harus ditolak. "Saya harap masyarakat juga menghormati dan menerima kedatangan Presiden AS tersebut. Terlebih, Obama juga mempunyai hubungan emosional dengan Indonesia, karena ia pernah sekolah dasar di Jakarta," katanya.
Sebelumnya di tanah air mengemuka berita bahwa sejumlah Organisasi (Ormas) Islam menegaskan akan melakukan unjuk rasa menolak kedatangan Obama.
Salah satu di antaranya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pada Selasa siang Ormas Islam ini menyelenggarakan pertemuan dan diskusi menolak kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang dijadwalkan Maret ini.
Diskusi yang diusung "Menyingkap Kejahatan Amerika dan Misi di Balik Lawatan Obama".
Ratusan hadirin yang tergabung dalam HTI atau pun ormas Islam lainnya memenuhi ruangan diskusi. Para ibu dengan menggendang anak balita pun banyak yang ikut dalam diskusi tersebut.
Salah satu anggota HTI, Rahmat Labib pada sambutan awal diskusi, mengatakan, tak seharusnya Obama yang datang disambut sebagai tamu.
"Aneh kalau ada yang menganggap kedatangan Obama adalah tamu," ia mengatakan.
Pada diskusi menjelang kedatangan Obama tersebut mengundang mantan KSAD Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto, mantan anggota DPR Abdillah Toha, pengamat ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy, dan juru bicara HTI Ismail Yusanto sebagai pembicara.
Nada keras penolakan datangnya Obama juga datang dari Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq.
Ia memahami sikap pemerintah menerima kedatangan Presiden Amerika Barack Obama ke Indonesia. Tetapi ia juga meminta agar aparat keamanan tak mengahalangi aksi menolakan umat Islam terhadap Presiden Amerika Serikat itu. Obama, sebagai kepala negara juga haruis bertanggung jawab atas kehancuran negara-negara Islam di dunia.
Sebagai tuan rumah, tentu bangsa Indonesia harus mengormati setiap tamu yang datang, dan itu diajarkan Islam. Tetapi jika di lapis bawah ada aksi penolakan kedatangan Obama ke Indonesia, itu bukan menyerang pribadi Obama tetapi kapasitasnya sebagai pemimpin Amerika yang harus bertanggung jawab atas aksi pembunuhan dan pembataian yang dilakukan tentaranya di Afganistan, Irak, Gaza dan negera-negar Islam lainnya.
"Penolakan terhadap Obama, memang harus disuarakan. Kalau umat Islam tidak melakukan aksi protes dan diam saja maka Obama mengira Umat Islam di Indonesia yang jumlahnya terbesar di dunia menyetujui atau menjadi legitimasi apa yang dilakukan Amerika selama ini," katanya.
Berbeda dengan Suryadharma Ali, Pimpinan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pimpinan Partai berbasis Islam ini mengaku tak sepakat dengan penolakan kehadiran Presiden Amerika Serikat Barack Obama seperti yang disuarakan HTI dan FPI.
Ia melihat justru menilai kehadiran Obama akan membawa pengaruh positif bagi Indonesia.
"Kedatangan Obama positif karena ada harapan baru bagi cepatnya perdamaian dunia Islam," papar Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali, yang juga Menteri Agama.
Pernyataan itu juga didukung Sekretaris Fraksi PPP DPR, Romahurmuziy. Romi menilai kedatangan Obama akan membawa pengaruh positif bagi Indonesia.
"Obama sudah menunjukkan good will-nya menghapus masa lalu doktrin unilateralisme AS dengan menutup Guantanamo, menetapkan penarikan pasukan dari Irak, serta mengunjungi beberapa negara Timur Tengah, dan kali ini Indonesia," ujar Romi.
Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, mengajak semua pihak untuk menerima kedatangan Presiden Obama ke Indonesia dengan tangan terbuka.
Pernyataan ini disampaikan Dino menyusul penolakan sejumlah ulama di daerah terhadap kedatangan orang nomor satu di AS ini.
"Kita sambut orang yang datang ke negara kita dengan iktikad baik. Kita harus sambut baik dan tak perlu berprasangka," katanya dalam keterangan pers di sela sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, awal pekan ini.
Ia mengatakan, menghormati kebebasan berbicara sebagai bagian dari demokrasi. Sikap para ulama adalah respons yang wajar.
Namun, ia menekankan bahwa Obama itu cinta sama Indonesia. "Bukan harfiah ya, tapi secara genuine. Kaitan batinnya terhadap Indonesia juga cukup tinggi," ia menjelaskan.
Obama membawa iktikad baik dan semangat baru untuk menjalin kerja sama dengan Indonesia melalui penandatanganan comprehensive partnership dalam berbagai sektor.
"Obama kan juga aktif membangun komunikasi yang outreach dengan dunia Islam, contohnya, pidatonya di Kairo dan kaitannya dengan kebijakan progresif terkait itu," tandasnya
Menteri Luar Negeri (Menlu), Marty Natalegawa, mengumumkan bahwa kedatangan Presiden Obama pada 23 Maret 2010, namun program rincinya selama di Jakarta masih dalam proses penyusunan.
Dino Patti Djalal juga menyatakan kunjungan Obama ke Indonesia akan dimulai dari Taman Makam Pahlawan (TMP) di Kalibata dan kemudian kunjungan kehormatan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, makan malam kenegaraan, dan melanjutkan lawatannya ke Australia.
(T.ESS/P003)
Oleh Oleh Edy Supriatna Sjafei
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010