Jakarta (ANTARA News) - Gelombang demonstran "Baju Merah" di Thailand memusatkan perhatian ke sebuah pangkalan militer di mana Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva tinggal. Mereka menuntut Abhisit menggelar pemilu dipercepat yang kemungkinan ditolak sang PM.
Kendati demonstrasi para pendukung mantan PM Thaksin Shinawatra sejauh ini tak terlalu mempengaruhi pasar saham Thailand, namun skala demonstrasi dan gelombang protes yang besar telah menyiratkan adanya perpecahan politik yang dalam yang menekan pertumbuhan, kepercayaan konsumen dan citra investasi jangka panjang negara itu.
Berikut beberapa skenario yang mungkin terjadi di Thailand selanjutnya:
PEMERINTAH MENGHALAU DEMONSTRAN; PASAR SAHAM MENGUAT
Kemampuan Kelompok "Baju Merah" dalam memobilisasi lebih dari 150 ribu warga pedesaan telah menorehkan pesan kuat mengenai ketidakpuasan masyarakat, namun sangat mungkin itu gagal menggulingkan pemerintah yang didukung militer dan elite yang kekuasaannya demikian kuat.
Kegagalan menggulingkan pemerintah akan memperpanjang kondisi status quo yang penuh kegelisahan, tapi itu tidak mempengaruhi pasar keuangan di mana investor asing tetap menggelontorkan modal ke Thailand dan pasar regional lain yang memang sudah amat murah.
Meskipun begitu, demonstrasi itu telah menunjukkan adanya perpecahan yang makin akut yang membuat investor berpikir dua kali untuk ekspansi di Thailand dalam jangka panjang.
Jika akhirnya para pendukung pro-Thaksin kembali berkuasa, maka kekuasaan ini pun besar kemungkinan bakal menghadapi demonstrasi serupa, untuk kemudian mengundang intervensi militer atau campur tangan mahkamah serupa dengan yang menjatuhkan pemerintahan Thaksin tahun 2008 lalu.
Manakala investor asing menumpuk modal di pasar saham Thailand, perusahaan asing justru kurang antusias menanamkan modal, bahkan diperkirakan memangkas investasinya sepanjang tahun ini sampai 15 persen.
KEKERASAN MELETUS, TAPI BERHASIL DIPADAMKAN; PASAR JANGKA PENDEK BERGOLAK
Kekerasan pecah, dipicu oleh "Baju Merah" dan para penghasut dari luar, memicu timbulnya masalah yang akan mendeskreditkan gerakan itu.
Itu bisa menciptakan gejolak jangka pendek pada pasar saham Thailand, karena investor kecil mengambil posisi jual setelah terpicu oleh sikap investor asing yang pasti memokuskan diri pada fundamental ekonomi jangka panjang dari kawasan yang baru saja pulih dari krisis keuangan itu.
Investor asing telah mendorong naiknya 63 persen harga saham di bursa Thailand tahun lalu, kendati April lalu terjadi kerusuhan berdarah.
"Yield" obligasi bisa jatuh sehingga mendorong Bank of Thailand (bank sentral Thai) mempertakankan suku bunga di rekor terendah 1.25 persen, lebih lama daripada perkiraan sebelumnya.
Para ekonom memperkirakan bunga bakak naik sekitar pertengahan tahun ini, mengikuti pulihnya perekonomian nasional.
Skenario yang muncul menyebutkan tentara akan menghalau demonstrasi itu untuk menjaga citra baik pemerintah, sedangkan reputasi "Baju Merah" semakin buruk setelah kerusuhan yang mereka lakukan tahun lalu.
Langkah terukur pemerintah bisa memulihkan kepercayaan investor dalam jangka pendek, tetapi lagi-lagi perpecahan politik akan terus menyelimuti prospek investasi jangka panjang, di mana diperkirakan pemilu akan diserukan digelar akhir tahun ini nanti.
DEMONSTRASI MEMBUAT KOALISI AMBRUK; PASAR TERPUKUL
Protes ringan akan berubah memanas dan semakin menekan pemerintah, meningkatkan ketegangan di ibukota dan memaksa pemberlakuan keadaan darurat.
Langkah ini akan kian membuat publik ragu terhadap stabilitas pemerintah dan mendorong politik dagang sapi di belakang layar yang pasti melibatkan Thaksin.
Pendukung mitra koalisi Abhisit siap melepaskan diri dari barisan karena bujukan uang dan merapatkan diri ke partai oposisi pro-Thaksin, Partai Puea Thai yang populer di kalangan kaum kaya pedesaan.
Di bawah skenario ini, Puea Thai akan memprakarsai diajukannya mosi tidak percaya kepada Abhisit yang didukung kuat parlemen.
Puea Thai lalu memimpin pemerintah koalisi baru.
Pasar akan jatuh karena memprihatinkan ketidakstabilan yang bisa membuat risiko kemunginan jatuhnya lagi pemerintahan pro-Thaksin dan mengundang serangan balasan dari para pendukung pemerintahan baru. Ini karena ada argumen bahwa pemerintahan pimpinan Partai Puea Thai hanya akan memicu protes serupa dari kelompok "Baju Kuning."
Tetapi skenario ini agak sulit terjadi mengingat Abhisit mendapat jaminan dukungan penuh militer Thailand, kerajaan dan elite bisnis.
Mitra koalisi tak akan sepenuhnya menyukai Abhisit, tetapi janji alokasi anggaran yang lebih besar akan membuat mereka bertahan dalam koalisi.
DEMONSTRASI BERUBAH ANARKIS; PM MEMBUBARKAN PARLEMEN, PASAR SAHAM ANJLOK
Begitu kekerasan merebak, pasukan keamanan tidak dapat mengontrol massa, maka keadaan darurat sipil pun diberlakukan. Bangkok lumpuh, gedung pemerintahan menjadi target demonstrasi. Tindakan militer menyebabkan banyak jatuh korban.
Abhisit tidak mampu lagi memerintah dan mengumumkan pembubaran parlemen. Ia menjabat "caretaker" (PM sementara) sampai pemilu baru diselenggarakan.
Skenario ini sangat tidak disenangi investor, karena akan memicu aksi jual besar-besaran dari investor lokal, sementara investor asing ketakutan menghadapi ketidakstabilan, dan semakin seriusnya potensi kebuntuan dan kerusuhan sosial.
Menghadapi kemungkinan pemerintahan pro-Thaksin memenangi pemilu dan peluang campur tangan lawan-lawan Thaksin yang amat berkuasa itu masih sangat besar, maka investor asing beralih ke pasar regional lainnya dan Thailand pun ditinggalkan. (*)
Sumber: Reuters
Adam Rizal/Jafar Sidik
Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010