Jakarta (ANTARA) - Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) menilai kinerja Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dalam setahun terakhir lebih mengedepankan penegakan hukum yang humanis.
Melalui siaran pers, di Jakarta, Senin, Direktur Eksekutif Lemkapi Edi Hasibuan mengatakan Densus 88 kini cenderung mengedepankan tindakan persuasif ketimbang tindakan represif di lapangan.
Oleh karena itu, kata Edi, kinerja polisi dalam memburu pelaku terorisme pun kini semakin diapresiasi masyarakat.
"Hasil pemantauan kami, penegakan hukum yang dilakukan jajaran Densus 88 Antiteror Polri dalam beberapa bulan terakhir ini semakin profesional," kata Edi Hasibuan.
Hal senada juga disampaikan Anggota Kompolnas Poengky Indarti.
Menurut dia, saat ini penindakan yang dilakukan Densus 88 lebih humanis. Poengky pun menjelaskan beberapa kriteria alasan Densus 88 kini dianggap lebih humanis.
"Tolok ukur saya adalah dalam melakukan penangkapan orang-orang yang disangka teroris dilakukan lebih profesional, hati-hati, senyap tanpa publikasi heboh sehingga polisi bisa langsung menangkap tanpa perlawanan sengit yang terkadang menimbulkan luka-luka atau bahkan meninggal dunia," kata Poengky.
Dia menjelaskan bahwa Densus 88 sangat profesional memetakan jaringan-jaringan teroris dan mengamati secara cermat pergerakannya tanpa disadari oleh target yang diamati.
"Tahu-tahu mereka yang ada di jaringan sudah dapat ditangkap untuk dilakukan proses hukum. Yang sangat membanggakan, kehebatan Densus 88 Polri sudah diakui seluruh dunia. Bahkan Densus 88 diakui sebagai salah satu antiteror yang terbaik di dunia," tuturnya.
Baca juga: Densus 88 tangkap empat terduga teroris di Jabar
Baca juga: Densus 88 amankan dua terduga teroris di Kabupaten Bandung
Baca juga: Densus 88 tangkap satu warga di Tanah Bumbu diduga teroris
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020