seluruh pompa stasioner yang tersedia 90 persen dalam kondisi baik
Jakarta (ANTARA) - Pemprov DKI Jakarta menyiapkan seluruh pompa dan melakukan pengerukan semua saluran air untuk mengantisipasi banjir mengingat prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak hujan akan berlangsung mulai akhir Oktober 2020.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Juaini Yusuf di Jakarta, Senin, menyampaikan saat ini pihaknya memiliki tiga jenis pompa untuk pengendalian banjir, yaitu pompa stasioner, pompa mobile, dan pompa apung.
Untuk Pompa Stasioner, saat ini Dinas SDA memiliki 487 unit yang tersebar di 178 lokasi. Lokasi Pompa Stasioner tersebut umumnya berada di dekat sungai, waduk, maupun pintu air.
Baca juga: Dinas SDA DKI distribusikan 65 pompa apung ke lima wilayah kota
Ketika tinggi muka air meningkat, pompa ini akan langsung bekerja memompa air menuju sistem drainase yang lebih besar.
Menurut Juaini seluruh pompa stasioner yang tersedia 90 persen dalam kondisi baik.
"Sisanya masih dalam perbaikan. Untuk pompa yang kondisinya baik pun secara rutin kami lakukan pengecekan agar pompa dapat bekerja secara optimal pada saat musim hujan," kata Juaini dalam keterangannya.
Baca juga: DKI lakukan pembersihan lumpur seluruh aliran air
Untuk pompa mobile, Juaini mengungkapkan saat ini telah dimiliki oleh pihaknya sebanyak 160 unit dengan kapasitas 400 liter per detik.
"Untuk tahun ini jumlah tersebut akan bertambah sekitar 10 unit. Pompa mobile tersebut diprioritaskan untuk lokasi seperti Kali Betik, Muara Angke, dan Teluk Gong, serta lokasi rawan genangan lainnya," ujar Juaini.
Adapun untuk pompa apung, merupakan yang terbaru di mana sudah ada 65 unit yang telah disebar ke lima wilayah DKI Jakarta dengan masing-masing wilayah mendapatkan 13 Pompa Apung.
Baca juga: DKI maksimalkan pompa hingga sumur resapan untuk kendalikan banjir
Pompa Apung memiliki bentuk yang simpel sehingga praktis digunakan untuk menyedot air di daerah atau wilayah yang tidak dapat dilewati Pompa Mobile.
"Meski ukurannya lebih kecil dan bentuknya lebih sederhana, daya sedot Pompa Apung cukup besar, yakni mencapai 50 liter per detik. Kami berharap pompa apung ini dapat semakin memaksimalkan penanganan banjir di seluruh wilayah DKI Jakarta," tutur Juaini.
Sementara itu, pengerukan secara masif juga masih terus dilakukan di sungai/waduk/embung/situ yang ada di DKI Jakarta melalui program gerebek lumpur. Tak hanya mengerahkan alat berat, pembersihan lumpur dan sampah juga dilakukan di saluran-saluran mikro secara manual oleh Satgas Dinas SDA.
Kolaborasi dengan kelurahan untuk menggerakkan warga juga dilakukan untuk meningkatkan kepedulian warga terkait kebersihan saluran di sekitar tempat tinggalnya.
Gerebek Lumpur sendiri secara masif telah dilakukan di berbagai lokasi dan dua yang terakhir dengan mengerahkan tiga kali lipat alat berat adalah di Waduk Ria Rio, Jakarta Timur pada 21 September 2020 lalu, dengan menggunakan 15 unit ekskavator.
Selanjutnya di Kali Baru Barat segmen Jl. Dr Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan pada 30 September 2020 di mana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria turut meninjau langsung kegiatan Gerebek Lumpur tahap kedua tersebut.
"Ini merupakan program berkelanjutan yang telah dilakukan sejak Maret 2020 dan akan berakhir pada Desember 2020. Program Gerebek Lumpur ini bertujuan untuk memaksimalkan daya tampung saluran dan kali, sehingga diharapkan dapat mencegah luapan air dari kali dan saluran ke permukiman warga," ucap Juaini.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020