Stockholm (ANTARA News) - Peningkatan besar-besaran impor senjata oleh negara-negara Asia Tengara dalam lima tahun terakhir dapat mengancam stabilitas kawasan itu, demikian sebuah lembaga riset yang bermarkas di Swedia, Senin.

Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) mengatakan dalam laporan tahunannya Senin bahwa impor senjata oleh Indonesia, Singapura dan Malaysia melonjak dengan 84 persen, 146 persen dan 722 persen secara berturutan antara 2005 dan 2009, dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

"Gelombang penerimaan (senjata) Asia Tenggara sekarang ini dapat membuat tidak stabil kawasan itu, membahayakan beberapa dasawarsa perdamaian," Siemon Wezeman, pakar Asia SIPRI, mengatakan dalam laporan tersebut.

Singapura, Malaysia dan Indonesia bulan ini telah meningkatkan patroli laut di Selat Malaka, jalur pelayaran penting, setelah angkatan laut Singapura menyatakan mereka telah menerima indikasi sebuah kelompok teroris telah merencanakan serangan terhadap tanker minyak.

Peningkatan dalam pembelian pesawat tempur jarak-jauh dan kapal perang oleh ketiga negara itu telah mempengaruhi rencana usaha untuk mendapatkan (senjata) dari negara-negara tetangga, kata kelompok pemikir itu.

Tahun lalu, Vietnam menjadi negara Asia Tenggara terakhir yang akan memesan pesawat tempur jarak jauh dan kapal selam. Singapura adalah anggota pertama Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara sejak akhir perang Vietnam yang akan dimasukkan di antara ke 10 pengimpor penting senjata , kata SIPRI.

Institut Swedia itu, yang melakukan riset independen terhadap keamanan, senjata dan perlucutan senjata internasional, mengatakan transfer senjata global dalam periode lima tahun itu meningkat 22 persen, dengan Asia dan Oseania sebagai penerima terbesar dengan 41 persen dari keseluruhannya.

Eropa menyusul dengan 24 persen, kemudian Timur Tengah 17 persen.

AS tetap pengekspor peralatan militer terbesar di dunia, yang bertanggungjawab atas 30 persen dari penjualan senjata ke luar negeri selama periode tersebut. Hampir 40 persen dari pengiriman AS, dikirim ke Asia dan Oseania dan jumlah yang sama ke Timur Tengah.(S008/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010