Ternate (ANTARA News) - Wisatawan objek wisata benteng Oranye di Ternate, Maluku Utara, menyayangkan permukiman warga dalam kawasan benteng peninggalan Belanda itu karena mengganggu keindahan situs pariwisata eksotis itu.
"Benteng Oranye ini sangat indah, tapi sayang keindahannya terganggu adanya permukiman warga di dalamnya," kata Albert, seorang wisatawan saat berkunjung di benteng Oranye, Sabtu.
Para pemukim dalam kawasan benteng Oranye itu umumnya tinggal sejak puluhan tahun lalu.
Menurut Albert, ia sudah mengunjungi benteng peninggalan kolonial di berbagai daerah di Indonesia, namun baru di benteng Oranye tersebut melihat ada permukiman warga di dalamnya.
Pemda setempat dan instansi terkait lainnya seharusnya memindahkan warga yang bermukim di kawasan benteng Oranye tersebut, karena benteng itu merupakan cagar budaya sehingga tidak boleh ada permukiman warga di dalamnya, katanya.
Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate, Arifin Umasangaji mengatakan, Pemkot Ternate sudah lama memprogramkan pemindahan warga yang bermukim di dalam kawasan benteng Oranye tersebut, namun sampai sekarang belum terealisasi.
Salah satu penyebabnya adalah mesti menunggu koordinasi dengan institusi TNI dan Polri, baik di Ternate maupun pusat mengingat warga permukiman itu umumnya pensiunan TNI dan Polri.
Ternate merupakan salah satu kota Indonesia yang memiliki banyak benteng peninggalan kolonial yang mencapai belasan benteng peninggalan Belanda dan Portugis di antaranya Benteng Oranye, Benteng Toloko, Benteng Kalumata dan Benteng Kastela. (*)
L002/Z002/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010