New Delhi (ANTARA/ News) - India pada hari Jumat menyatakan terbuka untuk babak baru perundingan dengan Pakistan, Dialog resmi bulan lalu antara kedua negara pemilik senjata nuklir itu tidak menghasilkan terobosan.

Para sekretaris kementerian luar negeri kedua negara bertemu di New Delhi bulan lalu untuk perundingan resmi pertama mereka sejak serangan-serangan Mumbai 2008, Namun, mereka hanya sepakat "untuk tetap berhubungan" tanpa menyebutkan apakah akan ada pembicaraan lanjutan.

Buntut dari pertemuan itu, pernyataan-pernyataan sengit dari kedua pihak mengenai fokus dialog -- India menyoroti terorisme, Pakistan mempermasalahkan wilayah sengketa Kashmir -- memperburuk suasana bagi perundingan yang akan datang.

"Kami berusaha membuat permulaan dengan pembicaraan sekretaris kementerian luar negeri, namun saya khawatir tidak ada hasilnya," kata Menteri Dalam Negeri India Palaniappan Chidambaram pada jumpa pers di New Delhi.

"Namun saya diberi tahu bahwa kami masih terbuka untuk babak lain perudingan antara sekretaris-sekretaris kementerian luar negeri," tambah menteri India, yang menimbulkan harapan mengenai perbaikan hubungan antara kedua pihak.

Peredaan ketegangan antara kedua negara bertetangga itu merupakan faktor penting bagi stabilitas di Afghanistan, dimana India dan Pakistan berusaha berebut pengaruh, yang memperumit upaya AS untuk mengalahkan kelompok-kelompok pejuang militan di kawasan itu.

India memutuskan upaya perdamaian empat tahun dengan Paksitan setelah serangan-serangan Mumbai dengan mengatakan, dialog bisa dimulai lagi jika Islamabad bertindak menumpas militan di wilayahnya.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan, yang telah terlibat dalam tiga perang, dua di antaranya menyangkut masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas Muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

Perdana Menteri India Manmohanh Singh mengatakan pada pertengahan Juli bahwa perundingan perdamaian dengan Pakistan akan tetap tertahan sampai negara itu menindak orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan di Mumbai tahun lalu.

Pernyataan Singh itu tampaknya bertentangan dengan sebuah pernyataan bersama dengan PM Pakistan Yusuf Raza Gilani dimana kedua pemimpin tersebut mengatakan bahwa tindakan terhadap terorisme "tidak boleh dikaitkan" dengan proses dialog tersebut.

Dalam pernyataannya kepada media India, Singh mengatakan, "Harus ada upaya-upaya jujur serius untuk menjembatani kesenjangan yang memisahkan kedua negara itu."

Pada Agustus, Pakistan menjamin kepada India mengenai kerja sama penuh mereka dalam mencegah aksi teror baru setelah peringatan dari Singh bahwa militan di Pakistan sedang merencanakan serangan-serangan baru.

Perdana Menteri Pakistan itu juga berjanji melakukan segala sesuatu untuk membawa mereka yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai ke pengadilan.

Pakistan telah menangkap sejumlah orang yang dituduh terlibat dalam serangan itu, termasuk tersangka dalang Zakiduddin Lakhvi.(M014/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010