"Dulu, FRI dibentuk untuk mencegah terulangnya Insiden Trisaksi dan Semanggi, tapi kini insiden serupa terulang di Makassar, karena itu jangan sampai terjadi lagi," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Menurut Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) itu, bentrok antarmahasiswa, antara mahasiswa-polisi, antara masyarakat-polisi, dan antarmasyarakat akhir-akhir ini sering terjadi.
"Karena itu, kami mengingatkan agar kita mengedepankan dialog dan tidak mudah bersikap represif atau reaktif terhadap situasi, karena semuanya dapat diselesaikan dengan dialog, dialog, dan dialog," katanya.
Mantan Ketua FRI itu menyarankan polisi melihat mahasiswa sebagai anak sendiri dan mahasiswa melihat polisi sebagai bapak sendiri, karena itu keduanya jangan saling merusak fasilitas milik masing-masing.
"Kabarnya memang ada pihak ketiga, tapi semuanya tidak akan terpicu ajakan pihak ketiga bila berupaya untuk tidak represif dan anarkis serta mengutamakan dialog dan negosiasi," katanya.
Ketua Umum Yayasan Pengembangan SDM milik FRI itu menegaskan bahwa masalah yang sudah terlanjur terjadi juga perlu disikapi dengan duduk bersama.
"Untuk bisa duduk bersama, saya kira rektorat setempat dapat menjadi penengah antara polisi dan mahasiswa untuk sama-sama menindak siapa saja yang bersalah, apakah mahasiswa, polisi, atau masyarakat, sehingga Insiden Makassar tak terulang," katanya.
(ANT/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010