Yogyakarta (ANTARA News) - Pengemasan berita dalam infotainmen menandai babak baru dalam jurnalisme yang dikendalikan pasar, kata pengamat komunikasi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Tri Hastuti Nur.

"Jurnalisme seperti itu membawa implikasi pemberitaan dalam infotainmen sering tidak berimbang antara kedua pihak," katanya menanggapi tayangan infotainmen di televisi, di Yogyakarta, Jumat.

Selain itu, menurut dia yang melakukan penelitian tentang banalitas informasi dalam jurnalisme infotainmen di media televisi dan dampaknya terhadap penonton, dalam proses produksinya infotainmen juga sering mengabaikan prinsip etika jurnalistik.

"Hal itu terbukti dengan sering terjadi kasus pertikaian antara kru infotainmen dengan artis yang merasa dirugikan atas pemberitaan infotainmen," katanya.

Yang harus diperhatikan oleh kru infotainmen adalah kesadaran penerapan etika jurnalisme saat meliput berita yang akan dijadikan infotainmen.

"Dalam mekanisme pencarian berita, menjawab pertanyaan kru infotainmen merupakan hak, bukan kewajiban untuk dipenuhi oleh sumber berita," katanya.

Ia mengatakan infotainmen merupakan jenis tayangan televisi yang cukup populer akhir-akhir ini. Tingginya popularitas jenis tayangan itu bisa dibuktikan dengan semakin beragamnya nama tayangan infotainmen yang menemui pemirsa.

Namun demikian, menurut dia, keberagaman tayangan tersebut tidak diikuti dengan keberagaman format acara infotainmen.

"Anehnya, di tengah kualitas infotainmen yang `begitu-begitu` saja, infotainmen tetap diminati para pemirsa," katanya.

Formulanya: infotainmen + Pasar = Jurnalisme Baru

(B015/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010