Bagai seorang politisi, satu persatu dari beberapa juru bicara yang ambil bagian dalam demo siang itu, menyampaikan orasi yang mereka sebut sebagai visi-misi bila kelak menjabat sebagai petinggi di Bali.
Setidaknya ada tiga pembicara yang tampil di "atas mimbar", dikerumuni puluhan demonstran yang seluruhnya adalah para pengemudi taksi. Mereka datang untuk menyampaikan protes sehubungan telah dilakukan penambahan jumlah armada taksi di Pulau Dewata.
Semula para demonstran berniat untuk bertemu langsung dengan Gubernur Bali, namun karena pejabat yang bersangkutan berhalangan, akhirnya mereka hanya menggelar poster dan menyampaikan orasi politik.
Beberapa pembicara menyatakan bahwa mereka akan terus berupaya agar rakyat kecil, termasuk para sopir taksi, dapat hidup lebih sejahtera.
"Kami akan upayakan itu. Namun tentu setelah saya menjadi gubernur nanti," kata seorang pembicara disambut gelak tawa dan sorak-sorai dari rekan-rekannya.
Sementara "orator" yang lain mengatakan, "Saya bukan politisi yang pandai bicara seperti mereka yang duduk di kursi wakil rakyat. Namun demikian, saya tetap ingin memperjuangkan apa yang menjadi kegelisahan sopir taksi".
Mereka saling bergantian berorasi selama lebih dari tiga jam di bawah terik matahari. "Pak Mangku Pastika, ingat janjimu. Kami dulu memilih anda hingga bisa duduk menjadi gubernur. Namun sekarang kebijakanmu tidak berpihak pada kami, rugi kami dulu memilihmu," ucap seorang pemcicara dengan lantang, disambut tepuk tangan meriah.
Orator dadakan dari kalangan sopir taksi itu mengaku hadir untuk mengkritisi kebijakan pemerintah, dalam hal ini Gubernur Pastika yang dianggap berperan dalam melahirkan masalah perberian izin baru bagi armada bebera taksi baru.
(P004/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010