Banda Aceh (ANTARA News) - Warga Desa Teuladan, Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar, memprotes pemberitaan salah satu televisi swasta nasional yang dinilai berlebihan terkait penyergapan kelompok bersenjata jaringan teroris di wilayah mereka.
"Kami menyesalkan pemberitaan tidak sesuai fakta tentang penyergapan kelompok teroris di desa kami. Desa kami tidak mencekam selama operasi pemberantasan teroris, " kata tokoh masyarakat Desa Teuladan, Aceh Besar, Arifin, Kamis.
Penyesalan terhadap pemberitaan salah satu media televisi swasta nasional itu disampaikan masyarakat yang nongkrong di salah satu warung kopi di desa yang berjarak sekitar 65 kilometer arah timur Kota Banda Aceh tersebut.
"Pemberitaan yang berlebihan berbau rekayasa informasi itu sangat merugikan kami. Banyak orang dan keluarga yang berada di luar mencemaskan kami di desa ini setelah menonton televisi," katanya.
Ia mencontohkan peristiwa sepekan lalu saat operasi kepolisian di kawasan pegunungan Seulawah mengejar jaringan teroris.
"Salah satu televisi swasta nasional itu menayangkan gambar di dusun empat terjadi pengepungan teroris. Padahal itu bukan di dusun kami, tapi jauh dari pemukiman penduduk dan kami tidak mendengar letusan senjata api, berbeda dengan apa yang ditayangkan media tersebut," tambahnya.
Warga menyatakan tidak pernah toleransi dengan kelompok teroris. "Kami tidak pernah memberi ruang bagi orang-orang yang ingin mengacaukan suasana di desa kami, apalagi itu teroris," kata Arifin yang juga mantan Kepala Desa Teuladan.
Aksi pengepungan teroris itu ditayangkan menjelang shalat Maghrib oleh televisi swasta nasional tersebut.
"Yang paling kami sesalkan adalah tayangan seolah-olah desa kami cukup mencekam, padahal tidak ada. Kami berharap media massa lebih profesional dan gambarkan suasana sesuai fakta yang ada," ujar dia menambahkan.
Warga menilai pemberitaan yang tidak sesuai fakta itu telah merugikan desa mereka. "Sejak saat itu kami sudah tidak berani lagi ke kebun untuk memanen pepaya (kates)," katanya lagi.
Desa Teuladan, berjarak sekitar lima kilometer dari ruas jalan Banda Aceh-Meda (Sumatera Utara) itu terdiri dari enam dusun yang berpenduduk sekitar 270 Kepala Keluarga (KK). Sebagian besar penduduk desa itu bermata pencaharian sebagai petani, dengan jenis tanaman adalah pepaya.(ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Ini peringatan buat stasiun tv, jgn buat resah dan gelisah keluarga mereka di perantauan.