Ayah Nafsiah, Hudori di Jember, Kamis, mengatakan, kabar meninggalnya Nafsiah diterima pihak keluarga dari teman Nafsiah yang berada di Malaysia.
"Kabarnya, anak saya meninggal di rumah sakit setempat karena penyakit sesak napas. Padahal sejak kecil, Nafsiah tidak pernah menderita sakit sesak napas," kata Hudori lirih.
Menurut dia, anaknya menjadi TKW di Malaysia sejak empat bulan lalu dan meninggalkan dua anaknya di Jember, untuk mencari sesuap nasi di Malaysia.
"Saya terkejut mendengar kabar meninggalnya Nafsiah secara mendadak, padahal beberapa hari lalu sempat menelpon akan mengirimkan uang untuk biaya sekolah anaknya di sini," tuturnya.
Teman Nafsiah, lanjut dia, mengatakan pihak keluarga harus menyediakan uang sebesar Rp25 juta untuk pemulangan jenazah almarhum.
"Keluarga kami tidak punya uang sebesar itu, sehingga kami berharap pemerintah membantu pemulangan jenazah Nafsiah," ucapnya berharap.
Secara terpisah, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jatim, Mohammad Cholily, mengatakan, pihaknya masih menelusuri data TKW tersebut di rumah keluarga Nafsiah.
"Sesuai dengan prosedur, pemulangan jenazah ditanggung oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang bersangkutan," paparnya menegaskan.
Untuk itu, lanjut dia, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jember harus membantu pemulangan jenazah Nafsiah.
"Disnakertrans harus mendesak PPTKIS yang bersangkutan untuk memenuhi asuransi kecelakaan kerja, uang santunan dan seluruh biaya pemulangan jenazah hingga pemakaman di rumah duka," ujarnya.(ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010