Jakarta (ANTARA News) - Peran organisasi keagamaan terus merosot selama 10 tahun reformasi, padahal sejak sebelum masa kemerdekaan hingga di masa orde baru fungsi sosial mereka sangat besar, kata seorang pakar politik.

"Energi mereka sekarang ini terserap untuk politik," kata Prof Dr Bahtiar Effendi pada Seminar "Membaca Ulang Peran Sosial Politik Organisasi Keagamaan Islam di Era Reformasi" di kantor LIPI Jakarta, Kamis.

Menurut Dekan FISIP UI Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu, pada masa Orba ketika organisasi keagamaan dilarang berpolitik, justru banyak madrasah, pesantren, dan rumah sakit yang dibangun oleh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

"Tapi di masa reformasi ini tak ada satupun yang mereka bangun yang merupakan amal keagamaan, kalaupun ada amal hanya melanjutkan saja apa yang sudah ada, fungsinya sudah tidak lagi penting," katanya.

Empat bulan setelah Soeharto turun, muncul 181 partai politik, 46 di antaranya berbasis Islam, Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais, ujarnya, sibuk melakukan suksesi dan Ketua Umum PB NU Abdurahman Wahid mendirikan forum demokrasi.

Demikian pula organisasi lainnya yang dulu berperan dalam amal keagamaan, seperti Persis (Persatuan Islam), Mathla`ul Anwar dan lain-lain, kini juga tidak lagi memainkan perannya dalam amal sosial.

Organisasi-organisasi Keagamaan yang muncul di masa reformasi seperti FPI (Front Pembela Islam), MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan lain-lain juga tidak memperlihatkan fungsi keagamaan dan lebih cenderung pada semangat politik.

Yang paling memprihatinkan, lanjut dia, adalah semakin terlihatnya tanda-tanda demoralisasi organisasi keagamaan di mana para tokoh agama tidak lagi didengar oleh massanya dan tak adanya lagi ikatan kyai dengan santrinya.

"Waktu 10 tahun ini menyebabkan kehancuran luar biasa terhadap NU dan Muhammadiyah. Fatwa-fatwa tokohnya sudah tak dianggap, karisma mereka sudah tidak lagi bersinar," kata Bahtiar lagi.

Karena itu, ujarnya, perlu ada upaya-upaya yang bisa mengembalikan fokus organisasi-organisasi keagamaan kepada fungsi sosialnya yang independen dan tidak terkooptasi sehingga lebih berwibawa.

"NU dan Muhammadiyah sudah berdiri sebelum Republik Indonesia lahir dan mereka merupakan lembaga yang sejak dulu selalu memberi kepada negara dan masyarakat, bukan meminta," katanya.(D009/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010