Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak kedua setelah katarak, di Indonesia maupun di dunia.
Hal tersebut dikatakan Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih dalam sambutan yang dibacakan Kepala Badan Litbangkes Agus Purwadianto saat membuka seminar peringatan pekan glaukoma sedunia setiap tanggal 7-13 Maret di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis.
Berdasarkan survey kesehatan indera tahun 1993-1996 menunjukkan 1,5 penduduk Indonesia mengalami kebutaan yang disebabkan katarak 52 persen, glaukoma 13,4 persen, kelainan refraksi 9,5 persen, gangguan retina 8.5 persen, kelainan kornea 8,4 persen dan penyakit mata lainnya.
Menurut Menkes, kebutaan karena penyakit glaukoma sebetulnya dapat dicegah melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat agar tidak berlanjut menjadi kebutaan yang permanen.
Pemeriksaan dini glaukoma khususnya bagi yang berusia 40 tahun ke atas dapat dilakukan melalui kelompok posyandu usia lanjut, pemeriksaan di puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Untuk itu, diperlukan kerjasama dan dukungan dari organisasi profesi, lintas sektor, swasta dan partisipasi masyarakat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pekan glaukoma sedunia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang mempunyai faktor resiko untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara teratur.
Menkes menambahkan kementeriannya telah mengembangkan strategi-strategi yang dituangkan dalam kepmenkes nomor 1473/MENKES/SK/2005 tentang rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan (Renstranas PGPK) untuk mencapai "vision 2020"
Salah satu strategi dalam renstranas PGPK adalah penguatan advokasi, komunikasi dan sosialisasi pada semua sektor untuk upaya penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan.
Sementara itu, penyakit glaukoma adalah kerusakan saraf mata yang disertai berkurangnya lapang pandang, kerusakan ini terkait oleh beberapa faktor, salah satunya tekanan bola mata yang tinggi.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan permanen, namun apabila ditangani dalam keadaan yang lebih awal, penyakit tersebut bisa dicegah.(ANT/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010