Jakarta (ANTARA News) - David Gurnani, finalis asal Indonesia, dinobatkan sebagai The Biggest Loser pertama di Asia setelah menang dalam final kompetisi penurunan berat badan terbesar, terberat dan paling menantang di Asia, The Biggest Loser Asia, yang diselenggarakan di Selangor, Malaysia dan ditayangkan secara langsung di Hallmark Channel, Selasa malam (9/4).

Siaran pers Hallmark Channel yang diterima ANTARA, Rabu, menyatakan David (25) berhasil membukukan penurunan berat badan terbesar, yaitu 83 kg, dan karenanya berhak mendapatkan hadiah uang sejumlah 100.000 dolar AS dan satu unit mobil Renault Koleos SUV senilai 70.000 dolar AS.

Pada sesi penimbangan terakhir, King David, demikian julukannya, tercatat memiliki berat badan 74 kg, berkurang lebih dari 50 persen dibandinkan berat badannya semula yang mencapai 157 kg pada awal kompetisi, November lalu.

Dengan persentase penurunan berat badan sebanyak 53% dan lemak tubuh sebanyak 45%, ia dinyakan meraih angka fantastis yang tidak bisa disaingi ketiga finalis lainnya, yakni Carlo Miguel yang berusia 32 tahun asal Filipina), Aaron Mokhtar (30 tahun, Malaysia) dan Martha Lai (20 tahun, Hong Kong).

Usai penobatan pemenang dan penyerahan hadiah, David mengibarkan bendera merah putih dan disambut keluarga besarnya yang datang khusus ke Malaysia.

Ia sangat bersyukur atas prestasi yang dicapainya itu. "Saya tidak pernah menyangka akan mengatakan ini, namun menjadi seorang `loser` sangat menyenangkan, karena saya telah menjadi The Biggest Loser pertama di Asia. Berkat kebesaran Tuhan, kerja keras dan pelatih serta motivator tim biru Dave Nuku, saya bisa mengalahkan kompetitor hebat seperti Carlo, Aaron dan Martha," katanya.

"Saya pun masih tidak percaya dengan transformasi fisik dan gaya hidup yang saya alami. Saya telah hidup dalam keadaan obesitas sekian lama dan tidak pernah merasa sesehat, sebugar dan sekuat sekarang ini. Terima kasih Hallmark Channel dan The Biggest Loser Asia yang telah memberikan saya kesempatan sangat berarti dan mengubah hidup saya," katanya.

David mengakui dirinya tidak hanya mengalami transformasi fisik, namun juga pola hidup. Sebelum ikut kompetisi The Biggest Loser Asia, ia tumbuh dengan nafsu makan dan kecintaan besar terhadap makanan. Makan adalah hal paling menyenangkan baginya, tanpa mau olah raga ataupun mencoba menurunkan berat badan.karena merasa tubuh obesitas adalah lambang kemakmuran.

Merasa tidak pernah jatuh sakit karena obesitas, David tidak menyadari bahwa nyeri kepala, leher dan punggung, tabiatnya yang pemarah dan tidak percaya diri berhubungan dengan obesitas.

Atas motivasi kakak perempuan dan tunangannya, ia akhirnya memutuskan ikut audisi The Biggest Loser Asia. Bersama para kontestan lain, David menjalani pelatihan fisik dan pola hidup sehat di sebuah camp di Malaka, Malaysia, di bawah pengawasan pelatih, serta tenaga medis, ahli gizi dan fisioterapi profesional.


"Daya juang tinggi"

Bagi kontestan The Biggest Loser Asia, David adalah seorang yang sangat fokus dan memiliki daya juang tinggi. Ia secara konsisten menjadi kontestan dengan persentase penurunan berat badan terbanyak, memenangkan tantangan individu atau kelompok serta sangat disegani di timnya, yang membuatnya dijuluki `King David`.

Penurunan 55 kg atau 35,03% dicapainya dalam 2,5 bulan yang mengantarkannya ke babak final. Setelah semua finalis dipulangkan ke negara masing-masing untuk menjalani latihan dan tantangan secara mandiri, ia berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 28 kg, semua berkat konsistensinya menjalani latihan sebanyak 10 jam sehari dengan pola makan sehat yang terkontrol sebesar 1.500 kalori per hari.

Kendati gelar jawara diraih David Gurnani, tiga finalis lain juga mencapai prestasi yang membanggakan.

Carlo yang bekerja sebagai chef berhasil turun 49 kg dengan persentase penurunan berat badan 37,1 persen dan lemak tubuh 26,9 persen, saat ini ia memiliki berat 83 kg.

Ia adalah pesaing terberat David, yang masuk ke kompetisi menggantikan kontestan dari Filipina, Del Bacho, yang harus mengundurkan diri karena pergeseran sendi sikunya.

Aaron, seorang copywriter, berhasil turun 60 kg dengan persentase penurunan berat badan 37,7 persen dan lemak tubuh 25,3 persen. Saat ini ia memiliki berat 63 kg, dan sangat bahagia karena bisa mengikuti gerak dan aktivitas kedua anak perempuannya yang masih kecil serta tampil percaya diri menghadapi para kliennya.

Sedangkan Martha Lai, yang sehari-hari menjaga toko di sebuah pet shop, adalah finalis wanita satu-satunya dan kontestan termuda di kompetisi ini.

Ia berhasil mengikis 40 kg berat badan dengan penurunan berat 31,5 persen dan lemak tubuh 17,5 persen, dan saat ini bisa mengenakan bikini, pergi ke berbagai pesta serta mencari pekerjaan baru dan mencari pacar, seperti yang ia inginkan sebelum ikut kompetisi.

Para kontestan lain yang gagal masuk final juga tampil di episode terakhir dengan penampilan jauh lebih ramping, sebagian bahkan memiliki transformasi fisik yang tidak kalah dengan para finalis .

Gary Holden asal Thailand, misalnya, mengaku sangat percaya diri setelah berhasil turun 40 kg, demikian halnya dengan Marilyn Tay asal Singapura yang mencapai penurunan berat badan sebanyak 55 kg.

Karen Johnston, Direktur Pemrograman Asia Pasifik, Universal Networks International mengatakan, `The Biggest Loser Asia` adalah acara dengan rating sangat tinggi di Hallmark Channel. Para penonton setia mengikuti acara karena para kontestan berani berbagi perjalanan hidup dan perjuangannya melalui berbagai tantangan untuk mencapai hidup baru.

Riaz Mehta, Produser Eksekutif The Biggest Loser Asia, mengatakan,"Saat saya melihat transformasi yang dicapai para kontestan, saya merasa kami telah mencapai apa yang menjadi tujuan kami, yakni mengubah kehidupan. Kami juga menunjukkan kepada jutaan orang yang mengalami obesitas bahwa kehidupan yang baru dan sehat dapat dicapai dan bisa dilakukan, dan kami ada untuk membantu mereka."

The Biggest Loser Asia musim pertama dengan David Gurnani sebagai pemenang diikuti oleh lebih dari 2.000 kontestan dari seluruh Asia. (J007/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010