Kondisi ini menumbuhkan optimisme pemerintah Indonesia terbebas dari impor BBM
Jakarta (ANTARA) - Kilang Residual Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Refinery Unit (RU) IV Cilacap tahun yang genap 5 tahun beroperasi telah menyumbangkan sebesar sepertiga kebutuhan BBM nasional.
Proyek yang bernilai investasi sebesar Rp11 triliun itu merupakan kilang paling strategis karena menjadi penyuplai kebutuhan BBM Nasional.
Unit Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan dalam informasi tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Kamis menjelaskan RFCC merupakan unit kilang yang memanfaatkan teknologi katalis untuk mengonversi minyak berat atau residu, baik atmosferik maupun vacuum residue oil menjadi produk lebih bernilai.
“Dalam hal ini utamanya gasolin dan beberapa produk lain seperti LPG dan propilin,” ujarnya.
Baca juga: Pertamina kemungkinan cari mitra baru proyek Kilang Cilacap
Baca juga: Pertamina-Aramco masih bahas valuasi Kilang Cilacap
RFCC merupakan bagian dari peta jalan pengembangan kilang Pertamina demi memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan teknologi kendaraan di masa mendatang.
Dengan beroperasinya RFCC, produksi Premium dari Kilang Cilacap naik dari 61.000 barrel per hari menjadi 91.000 barrel per hari. “Angka ini mampu mendongkrak total kapasitas produksi Pertamina RU IV sebesar 17,8 persen hingga mencapai level 348 ribu barel per hari. Kondisi ini menumbuhkan optimisme pemerintah Indonesia terbebas dari impor BBM,” kata Hatim.
Saat resmi beroperasi 100 persen, lanjutnya, unit kilang RFCC ini mampu memproduksi HOMC sekitar 37.000 barel per hari, LPG 1.066 ton per hari, dan 430 ton per hari produk propilin.
“RFCC yang disusul kilang-kilang pengembangan lainnya di RU IV Cilacap menjadi simbol ketahanan dan kemandirian energi negeri,” kata Hatim.
Baca juga: Pertamina sebut Proyek Langit Biru Cilacap dorong kemandirian energi
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020