tidak mungkin melakukan penelitian yang baik dan mampu berkompetisi bila tidak berkolaborasi

Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengukuhkan empat penelitinya sebagai Profesor Riset yang diharapkan mampu meningkatkan dinamika riset pada kelompok riset masing-masing.

Empat guru besar itu merupakan Profesor Riset LIPI ke-147, 148, 149, dan 150, dan Profesor Riset ke 563, 564, 565, dan 566 dari 8.709 peneliti di Indonesia.

Para peneliti yang resmi menyandang gelar Profesor Riset tersebut adalah Harry Arjadi dari Pusat Penelitian Teknologi Pengujian LIPI dengan orasi ilmiah berjudul "Teknologi Pengujian Penentu Efek Positif Maupun Negatif Medan Elektromagnetik Hasil Produk Teknologi serta Industri Berbasis Elektronika dan Kelistrikan”.

Baca juga: UU Cipta Kerja buat pekerja lebih produktif tapi kesejahteraan rendah

Hari Sutrisno dari Pusat Penelitian Biologi LIPI dengan orasi ilmiah berjudul "Peran Sistematika Ngengat Untuk Mendukung Keefektifannya Dalam Pengendalian Hama", Wahyu Dwianto dari Pusat Penelitian Biomaterial LIPI dengan orasi ilmiah berjudul "Pengembangan Teknologi Densifikasi dan Pelengkungan Kayu untuk Meningkatkan Pemanfaatan Jenis-jenis Kayu Kurang Dikenal dan Cepat Tumbuh".

Syahruddin dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dengan orasi ilmiah berjudul "Perbibitan Sapi Potong Lokal Indonesia Berbasis Bioteknologi Reproduksi Mendorong Percepatan Swasembada Daging Nasional".

Baca juga: LIPI: RT cenderung konsumsi makanan peningkat imun di masa pandemi

"Itu semua terkait riset dasar yang telah diteliti sejak lama, kemudian membuahkan inovasi yang memiliki fundamental kebaruan dan berpotensi meningkatkan competitiveness di pasar global," kata Kepala LIPI Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Handoko menginginkan para professor riset yang telah dikukuhkan untuk mampu meningkatkan dinamika riset pada kelompok riset masing-masing tanpa mengandalkan biaya riset dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), melainkan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak eksternal.

Baca juga: LIPI: Pemanfaatan layanan kesehatan di Papua Barat terkendala adat

"Kita tidak mungkin melakukan penelitian yang baik dan mampu berkompetisi bila tidak berkolaborasi," ujar Handoko.

Menurut Handoko, kolaborasi sangat diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas dan bermanfaat langsung bagi masyarakat.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro, yang berkesempatan hadir secara virtual mengatakan pentingnya lembaga penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan yang mencakup riset dasar dan terapan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi.

Baca juga: LIPI: Pendidikan harus responsif terhadap kondisi sosial-budaya Papua

"Untuk mencapainya, sumber daya manusia yang paling dibutuhkan adalah peneliti, dan saat ini Indonesia masih kekurangan peneliti," ujar Bambang.

Menristek Bambang menginginkan agar tidak ada dikotomi antara peneliti perguruan tinggi dan peneliti lembaga penelitian.

"Saya yakin keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu bagaimana peneliti memberikan solusi bagi bangsa," tuturnya.

Baca juga: Empat profesor riset dikukuhkan lagi oleh LIPI


Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020