Jakart (ANTARA News) - Pemerintah mengalokasikan gas 496 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) untuk memenuhi kebutuhan industri pupuk dalam negeri sesuai yang ditetapkan dalam neraca gas Indonesia 2010-2025.

Pasokan gas itu antara lain berasal dari Papua 200 MMSCFD, Sulawesi Tengah 91 MMSCFD, dan 85 MMSCFD dari Cepu untuk PT Petrokimia Gresik, serta 120 MMSCFD dari Blok A, kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo di Jakarta, Selasa.

"Kalau pabrik pupuk dibangun di dekat sumber gas, maka kebutuhan gasnya untuk revitalisasi dan pabrik baru, akan terpenuhi," katanya.

Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan gas bumi untuk pembangkit listrik di Jawa bagian barat dan Sumatera Utara perlu segera dibangun terminal LNG untuk mendapat pasokan LNG Bontang, Masela, dan Natuna.

Sedang, pasokan buat pembangkit listrik di Jatim dan Bali diharapkan dipenuhi dari Blok Kangean mulai 2011.

Sesuai Neraca Gas Indonesia 2010-2025, pada 2010 terdapat defisit sebesar 2.544 MMSCFD.

Data tersebut berdasarkan selisih produksi gas baik sudah berjalan (existing supply) dan masih proyek (project supply) dengan permintaan yang sudah terkontrak (contracted demand) maupun masih dalam komitmen (committed demand).

Sedangkan, defisit pada 2020, tercatat defisit 3.891 MMSCFD dan 2025 defisit 4.715 MMSCFD.

Sedangkan, jika hanya menghitung contracted demand, tanpa committed demand, maka defisit pada 2010 tercatat 994 MMSCFD, 2020 defisit 107 MMSCFD, dan 2025 defisit 19 MMSCFD

Neraca Gas dibagi dalam 12 wilayah yakni Aceh, Sumatera bagian utara, Sumatera bagian tengah dan selatan, Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah, Jawa bagian timur, Sulawesi bagian selatan, Sulawesi bagian tengah, Maluku bagian selatan, Papua, dan Kepulauan Riau.

Data neraca sudah memperhitungkan produksi gas metana batubara di dua region yakni Kaltim dan Sumatera bagian tengah dan selatan.

(T.K007/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010