London (ANTARA News) - Presiden Asosiasi Tenis Lapangan Inggris Raya Roger Draper, Senin, mengecam kekalahan kelima berturut-turut dalam Piala Davis dan meminta kekalahan memalukan dari Lithuania itu segera diselidiki.
Inggris Raya yang, tidak diperkuat petenis nomor satu mereka Andy Murray, kalah pada pertandingan putaran pertama Grup II Zona Eropa-Afrika 2-3 di Vilnius pada Minggu.
Mereka sekarang menghadapi playoff degradasi melawan Turki pada Juli agar tidak turun ke Grup III, tingkat terendah dalam kompetisi beregu putra itu.
"Saya turut kecewa mendalam dan frustrasi atas hasil ini. Lima kekalahan beruntun tidak dapat diterima," kata Draper kepada laman resmi asosiasi tersebut (www.lta.org.uk).
"Maka saya sudah meminta direktur pemain LTA Steven Martens untuk mengevaluasi penampilan dan hasil pekan lalu dan melaporkan kembali kepada saya dan dewan utama LTA sesegera mungkin.
"Evaluasi tersebut harus cekatan dan tegas dan jelas beberapa peningkatan nyata harus dibuat," tambah Draper.
Kapten John Lloyd kepada radio BBC mengatakan, terlalu dini untuk berspekulasi mengenai posisinya.
"Kita akan lihat masa depan saya, sekarang terlalu dini. Kita akan lihat bagaimana kelanjutannya dalam beberapa hari ke depan," katanya.
"Saya katakan itu adalah proses membangun kembali. Saya lebih senang mengawali dengan kemenangan tetapi tidak terjadi."
Martens membantah laporan media bahwa mantan petenis peringkat satu Inggris Greg Rusedski sudah didekati untuk mengambil alih tugas dalam tim tersebut.
Penafsiran media
"Kami sama sekali tidak ada kontak langsung," katanya kepada BBC, "Saya kira akan sangat tidak terhormat bagi seseorang seperti John untuk melakukan itu. Jelas kita harus cekatan dan tegas. Tetapi sangat penting bahwa dalam situasi panas Anda tidak melakukan sesuatu yang emosional."
Media Inggris, Senin, menunjukkan penafsiran bahwa sebuah negara yang dibanjiri uang dari Wimbledon harus kalah dari negara yang hanya mempunyai tiga pemain dengan peringkat tunggal dunia.
"Sedikitnya ada 29 juta alasan mengapa ofisial Asosiasi Tenis Lapangan seharusnya terbakar rasa malu di Baltic tadi malam," tulis Mark Hodgkinson dalam Daily Telegraph.
Induk organisasi Inggris Raya mendapat lebih dari 29 juta pound (44 juta dolar AS) dari surplus kejuaraan Wimbledon musim panas lalu dan sudah mendapatkan uang semacam itu dalam penjualan mereka selama bertahun-tahun.
"Negara grand slam itu kemarin masih mengalami penghinaan terbesar selama lebih dari 100 musim Piala Davis dengan kalah dari Lithuania, negara yang anggaran tenis tahunannya kurang dari 100.000 pound," tulis Hodgkinson.(F005/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010