Jakarta (ANTARA Neww) - Mantan perwakilan tetap Republik Indonesia untuk PBB, Makarim Wibisono, berharap Indonesia tidak berlebihan dalam menyambut Presiden AS Barack Obama yang akan mengunjungi tanah air Maret mendatang.

"Kita sebaiknya memanfaatkannya secara realistis, jangan terlalu punya harapan yang berbunga-bunga terhadap hubungan ini," ujar Makarin di Jakarta, Senin.

Usai seminar tahunan ke empat Kajian dan Prediksi Politik Luar Negeri dan Diplomasi Indonesia 2009-2010 di Universitas Paramadina, Makarim mengatakan kedatangan Obama ke Indonesia memang membawa arti penting bagi Indonesia, namun harus tetap disikapi secara realisitis.

Dengan membawa serta istrinya Michelle dan kedua putriya Sasha dan Malia, Obama juga akan menarik perhatian ratusan wartawan dari seluruh dunia ke Indonesia.

"Obama datang ke Indonesia 14 bulan setelah pelantikannnya, jadi dia dianggap sudah meletakan dasar-dasar kebijakan luar negerinya, kalau dia sudah menetapkan akan berkunjung ke Indonesia, artinya dalam skala prioritas AS, Indonesia memiliki makna khusus," katanya menambahkan.

Dosen program studi Hubungan Internasional Universitas Paramadina yang hadir dalam kesempatan tersebut sebagai pembicara menyatakan tiga hal dalam menyikapi kedatangan Obama ke Indonesia secara realistis.

Tindakan realistis itu, dijelaskan Makarim, diantaranya menginginkan adanya alih teknologi dari AS karena negara itu sekarang memiliki tingkat pengetahuan dan teknologi yang tinggi. AS juga masih merupakan suatu kekuatan politik dan militer yang besar.

Kedua, usaha pengadaan manuver kebijakan di Asia Tenggara karena kalau dikawasan tersebut tidak stabil, maka usaha untuk membangun Indonesia sudah tidak mungkin lagi.

Kemudian ia juga mengatakan bahwa Indonesia memiliki hal-hal yang membuat Amerika juga tertarik, karena Indonesia merupakan negara demokratis ketiga terbesar di dunia dan sebuah negara Islam yang memiliki sifat moderat.

Indonesia juga dinilai sudah tepat dalam menyambut kunjungan presiden Obama ke Indonesia, sebagai upaya mengusahakan adanya kerjasama berdasarkan kesetaraan dan manfaat.

"Jadi ini merupakan sebuah keuntungan timbal balik, bukan hanya Indonesia, tapi Amerika juga berharap akan hal itu," tambah Makarim.

Mengenai perjanjian kerjasama komprehensif (Comprehensive Partnership Agreement/CPA) kedua negara, dari kunjungan Obama ini maka diusahakan untuk dapat membuat suatu produk nyata, dan diusahaakan agar bisa ditandatangani saat kunjungan.

Jadi, kata dia, ada sesuatu yg menjadi tonggak dalam hubungan bilateral Indonesia-AS..

Kerjasama CPA itu sendsiri tidak mendapat hambatan dari kerjasama militer RI-AS, karena merupakan kerjasama teknis, dan tidak masalah lagi.

Penghentian pelatihan militer kedua negara terkait beberapa insiden dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti dalam kasus penculikan mahasiswa era 1998, kini sudah kembali terjalin pada pemerintahan Obama.

"Dengan adanya latihan militer, orang-orang yang tadinya tidak mengerti HAM menjadi lebih tahu dan menghargai karena harus tinggal di sana (AS) untuk beberapa tahun serta dapat menghargai dominasi sipil.

(T.A050/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010