Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menyerap dana Rp26,1 triliun dari lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) untuk memenuhi sebagian pembiayaan dalam APBN dengan total penawaran masuk Rp49,47 triliun.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan di Jakarta, Selasa, menyatakan hasil lelang tersebut melampaui target indikatif yang ditetapkan Rp20 triliun.
"Pemerintah memutuskan untuk menyerap permintaan sebesar Rp26,10 triliun dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan sampai dengan akhir tahun, termasuk untuk pembiayaan program Pemulihan Ekonomi Nasional," katanya.
Baca juga: Pemerintah serap Rp22 triliun dari lelang SUN
Ia menambahkan penawaran yang masuk dalam lelang ini mengalami peningkatan seiring dengan tingginya minat investor untuk tenor jangka panjang terutama untuk seri FR0087 tenor 10 tahun dan FR0076 tenor 28 tahun.
Menurut dia, partisipasi investor asing juga mengalami peningkatan dibandingkan lelang SUN sebelumnya dan tingginya minat asing tersebut terlihat di hampir semua seri SUN yang dilelang.
"Pada lelang kali ini, persentase bids asing adalah sebesar 15,2 persen dari total bids yang masuk, meningkat dibandingkan persentase pada lelang sebelumnya di 11,2 persen," kata Deni.
Deni memastikan membaiknya jumlah penawaran yang masuk memperlihatkan bahwa kepercayaan pasar terhadap instrumen Surat Berharga Negara (SBN) masih terjaga serta adanya dukungan dari kondisi pasar global maupun domestik yang kondusif.
Baca juga: BI: Pembelian SBN 2021 tunggu pembahasan dengan Menkeu
Hasil lelang SUN pada lelang ini antara lain mencakup seri SPN12210108, dengan jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp2,05 triliun, serta imbal hasil rata-rata tertimbang 3,01462 persen.
Penawaran untuk seri ini mencapai Rp2,67 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk 3,00 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk 3,15 persen.
Untuk seri SPN12211007, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp2,9 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 3,3 persen.
Penawaran untuk seri ini mencapai Rp5,7 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk mencapai 3,21 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk 3,45 persen.
Untuk seri FR0086, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp2,2 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 5,6693 persen.
Penawaran untuk obligasi negara ini mencapai Rp4,14 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk mencapai 5,64 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk 5,9 persen.
Untuk seri FR0087, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp10,1 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,81997 persen.
Penawaran untuk obligasi negara ini mencapai Rp15,43 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk mencapai 6,79 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 6,95 persen.
Untuk seri FR0080, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp5,3 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,38999 persen.
Penawaran untuk obligasi negara ini mencapai Rp10,34 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk mencapai 7,3 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 7,55 persen.
Untuk seri FR0083, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp2,3 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,39772 persen.
Penawaran untuk obligasi negara ini mencapai Rp6,27 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk mencapai 3,8 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 7,54 persen.
Untuk seri FR0076, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp1,25 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 7,41911 persen.
Penawaran untuk obligasi negara ini mencapai Rp4,9 triliun dengan imbal hasil terendah yang masuk mencapai 7,41 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 7,72 persen.
Sebelumnya, pemerintah, pada Selasa (22/9), juga menyerap dana Rp22 triliun dari lelang tujuh seri SUN dengan penawaran masuk mencapai Rp46,11 triliun.
Pemerintah optimistis dapat mencapai target pembiayaan pada triwulan IV-2020 melalui lelang senilai Rp212,9 triliun atau sebanyak sembilan kali lelang, salah satunya karena dukungan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas di pasar SBN.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020