Semarang (ANTARA News) - Plagiarisme atau penjiplakan karya orang lain di kalangan guru masih sering terjadi hingga saat ini, kata pakar pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Suharsimi Arikunto.

"Saya sering menemukan unsur plagiarisme saat menyeleksi karya tulis para guru," katanya usai seminar "Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Dan Profesionalitas Guru", di Semarang, Minggu.

Ia mengemukakan, plagiarisme tidak semestinya dilakukan dalam penulisan karya tulis, apalagi oleh guru yang menjadi panutan dan memiliki tugas mulia mendidik dan membekali para muridnya dengan pengetahuan.

Sanksi terhadap guru yang melakukan plagiarisme, katanya, selama ini hanya berupa penolakan terhadap karya mereka sehingga mereka harus menulis ulang.

"Karya tulis yang mengandung unsur plagiarisme biasanya mudah dikenali dan langsung dinyatakan tidak diterima," kata Suharsimi yang juga guru besar emeritus UNY dan hingga saat ini telah menghasilkan 14 buku tentang pendidikan tersebut.

Ia mengatakan, mereka yang melakukan plagiarisme biasanya tidak menguasai materi secara mendalam tentang apa yang ditulisnya.

Mereka, katanya, menganggap bahwa karya tulis hanya sebagai syarat sehingga mereka sekadar mengumpulkan.

Ia menjelaskan, plagiarisme mereka lakukan antara lain melalui pengutipan artikel dan buku tanpa mencantumkan sumber.

Bisa juga, katanya, mereka menyuruh orang lain untuk mengerjakan karya tulis tersebut.

"Namun kami memiliki patokan dan syarat agar karya tulis yang dihasilkan benar-benar bermutu dan terhindar dari plagiarisme yakni asli, penting, ilmiah, dan konsisten atau biasa disingkat APIK," katanya.

Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Prof Yohannes Budi Widianarko juga pernah menyoroti plagiarisme di kalangan perguruan tinggi yang hingga saat ini masih menjadi persoalan serius.

"Sulit mengetahui suatu karya plagiarisme atau bukan. Seketat apapun pengawasan yang dilakukan terhadap suatu karya ilmiah, kemungkinan karya ilmiah hasil plagiarisme yang lolos tetap ada," katanya.

Selain itu, katanya, plagiarisme hanya diketahui oleh penulis asli yang menjadi korban plagiarisme.

"Hanya diketahui oleh penulisnya, itupun seandainya mereka mengetahuinya dan melaporkan tindakan tersebut," katanya.

Ia mengatakan, kasus plagiarisme secara sederhana mudah ditemui di kalangan mahasiswa terutama saat mereka mengerjakan tugas.

Mereka biasanya langsung mencomot artikel dari buku atau internet tanpa menyebutkan sumbernya.

"Hal itu juga termasuk plagiarisme, meskipun plagiarisme terbagi dalam beberapa tingkatan misalnya plagiarisme mutlak yang menjiplak seluruh karya orang lain atau mengambil beberapa bagian saja," kata Budi.
(U.KR-ZLS/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010