"Saya ingin sampaikan, secara teoritis kita IPO kan seluruh BUMN yang ada dengan menggunakan standar 'sales to ratio' sebelum COVID-19, pemerintah akan memiliki Sovereign Wealth Fund yang lebih besar dari Temasek, apalagi kalau kinerja BUMN-nya lebih baik," ujar Budi Gunadi Sadikin dalam diskusi Lemhannas secara virtual di Jakarta, Selasa.
Ia mengemukakan BUMN memiliki total aset sekitar Rp8.000 triliun lebih dan pendapatan sebelum pandemi mencapai Rp2.400 triliun setahun.
Baca juga: Luhut harap Sovereign Wealth Fund mulai berjalan bulan depan
"Kalau kita melihat Rp2.400 triliun, kalau kita asumsikan semua BUMN di go public-kan dengan rata-rata sales to price ratio di masa normal BEI berkisar antara tiga atau empat kali, maka 165 miliar dolar AS dikalikan tiga saja sales price to ratio-nya sudah sekitar 480 miliar AS," paparnya.
Menurut dia, dengan valuasi sebesar 480 miliar itu maka setara dengan Temasek di Singapura, dan lebih dari Khazanah Nasional Berhad di Malaysia.
"Kita suka membanding-bandingkan BUMN dengan Temasek atau Khazanah, 480 billion itu mungkin setara dengan Temasek, dan pasti lebih besar dari Khazanah, itu sekelasnya SWF Abu Dhabi, Abu Dhabi Investment Authority," kata Budi yang juga Ketua Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional.
Baca juga: Luhut: UEA masih bahas SWF meski kelanjutan ibu kota belum jelas
SWF merupakan lembaga untuk mengelola dan menempatkan sejumlah dana atau aset negara.
Sumber dana pokok yang merupakan dana abadi tersebut bisa berasal dari dana APBN, aset BUMN, maupun penerimaan dari sumber daya alam seperti minyak dan gas atau dari sumber-sumber penerimaan lainnya yang sah.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020