Warga yang berjumlah sekitar 300 orang yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Sungai Cingam (Geram) itu menuntut lahan seluas 218 hektare yang dirampas sekelompok pengusaha asal Kota Dumai yang dipimpin Hengki Kurniawan segera dikembalikan ke masyarakat tempatan.
Dalam aksinya warga melakukan penyegelan terhadap sejumlah peralatan kerja seperti alat berat jenis ekskavator dan bolduser, mobil proyek, serta menghentikan secara paksa pekerja lapangan.
Sejumlah rumah yang diduga milik sekelompok pengusaha yang berada di lahan itu juga tak luput dari aksi pengrusakan dan warga kerap mengancam para pekerja lapangan yang melintas di areal perkebunan dengan mengacungkan senjata tajam.
Polisi yang dilengkapi senjata laras panjang dan tiba dilokasi beberapa saat setelah kejadian, langsung membubarkan ratusan warga Desa Sungai Cingam secara paksa dengan tembakan yang mengarah ke udara.
Puluhan warga mengalami bekas luka penganiayaan di bagian wajah yang diduga dilakukan oleh oknum polisi. Belum diketahui kemungkinan jatuhnya korban baik terkena peluru atau senjata tajam.
Koordinator Lapangan Geram, Ali Razap, mengatakan, bentrokan terjadi karena sikap arogansi oknum polisi dengan meletuskan senjata api untuk membubarkan warga yang mencoba mempertahankan hak mereka.
"Bentrok itu terjadi karena dipicu tembakan polisi yang berulang kali dilakukan untungnya kami selamat," ujarnya.
Usai aksi itu, polisi yang dilengkapi senjata laras panjang terlihat masih berjaga-jaga di sekitar areal perkebunan kelapa sawit yang berada di Pulau Rupat, Bengkalis.(M046/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
kalo kita renung kan... gak mungkin masyarakat itu mau melakukan aksi yang menimbulkan bentrokan kalo tidak ada pemicunya apalagi kalau sudah rumah aparat yang dirusak, ini mungkin aparatnya tidak bekerja dengan baik. menyebabkan masyarakat marah besar dan merusaknya. tidak mungkin masyarakat bertindak tanpa ada alasan.
trims buat ANTARANEWS.COM atas infonya.
majulah rupat