Ahmadinejad pada beberapa kesempatan telah mempertanyakan versi resmi bahwa "serangan teror" terhadap New York dan Washington dilancarkan oleh gerilyawan Al-Qaida sehingga menewaskan hampir 3.000 orang.
"Tanggal 11 September adalah kebohongan besar yang melicinkan jalan bagi serbuan ke Afghanistan dengan dalih memerangi terorisme," kata Ahmadinejad seperti dikutip oleh media elektronik resmi Iran.
Ahmadinejad juga menggambarkan serangan udara terhadap menara kembar Pusat Perdagangan Dunia (WTC) sebagai satu skenario dan tindakan rumit dinas intelijen.
Pernyataannya disampaikan saat Iran terlibat sengketa dengan negara besar dunia yang dipimpin oleh Amerika Serikat sehubungan dengan program nuklir kontroversial Teheran, dan menghadapi risiko sanksi lebih besar atas pembangkangannya.
Pada Januari, Presiden garis keras itu mencap serangan 11 September sebagai urusan yang mencurigakan sama dengan Holocaust oleh Nazi Jerman, yang ia tolak sebagai mitos tak lama setelah ia memangku jabatan pada 2005, sehingga menyulut pengutukan luas.
Ahmadinejad telah berbulan-bulan menghadapi protes di dalam negerinya setelah ia terpilih kembali sebagai presiden pada 12 Juni tahun lalu. Pihak oposisi menuduh telah terjadi kecurangan besar untuk mempertahankan dia pada kekuasaan.
Sebelumnya, Hujjatul Islam Kazem Sediqi, khatib salat Jumat di Teheran, menyatakan penangkapan pemimpin gerilyawan Jundullah, Abdolamalek Rigi, merupakan anugerah dari Tuhan.
Penangkapan Rigi membuktikan bahwa usaha negara-negara tertentu untuk merusak Iran mengalami kegagalan, kata Sediqi kepada jamaah di Teheran, Jumat.
Menurut dia, negara-negara itu mesti mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut.
Negara besar tertentu merekrut Rigi, dan badan intelejen mereka memberi dia dan kelompoknya dukungan taktis, militer dan intelijen guna melakukan kejahatan di Iran dan seluruh kawasan itu tapi pasukan keamanan Iran berhasil menangkapnya tanpa pertumpahan darah, tambahnya.
Sediqi mengecam kebijakan Amerika Serikat terhadap kawasan itu dengan menyatakan bahwa penangkapan pemimpin Jundullah merupakan pukulan serius bagi badan intelijen AS dan Inggris.(C003)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
sekitar 700 tahun sebelum masehi, bangsa ini menginvasi hampir seluruh dunia, termasuk menaklukkan Isreal (ibokotanya-Yerusalem) dan menaklukkan Palestina dengan kota utama Gaza.
70 tahun kemudian, Raja Iran, Artasta, menyuruh pulang bangsa Israel (dipimpin Nabi Ezra) untuk membangun kembali Sinagoge Agung alias Bait Sulaiman (sekarang disitu ada Al-Aqsa) di tempat tsb.
nejad bukan satu2nya orang yg berani ngomong terus terang.Orang jepang justru menayangkan misteri 9.11 di TV secara bebas.
sampeyan inget ? beberapa bulan yg lalu warga nigeri yg mau jibaku teror di pesawat yg penjagaannya extra ketat.Orang itu sudah di max sebelum chek in ,tetapi dibiarkan masuk oleh para petugas immigrasi.
Begitu juga peristiwa 9.11 sudah tahu mau ada serangan besar pemerintahnya pura2 tak tahu di biarkan ,itulah akal bulus AS.
kantor disitu. Kok tidak ada se orangpun etnis
Yahudi yang jadi korban peristiwa itu. Pada hal
korban gedung kebar itu lebih dari 3000 orang.